Find Us On Social Media :

Digunakan Militer China untuk Mengintimidasi Musuhnya, Amerika Serang 'Penunggu' Laut China Selatan Ini, Langsung Buat China Mencak-mencak Tak Terima

By Mentari DP, Senin, 18 Januari 2021 | 14:40 WIB

Konflik Laut China Selatan.

Intisari-Online.com - Laut China Selatan menjadi salah satu penyebab permasalahan antara China dan Amerika Serikat (AS).

Di mana China mengklaim memiliki 80% wilayah perairan tersebut.

Tentu saja klaim China dibantah beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia.

Melihat itu, AS datang sebagai sekutu baru negara-negara Asia Tenggara itu.

Baca Juga: Dinyatakan Menghilang Secara Misterius Setelah Kritik Pemerintah China, Mendadak Perusahaan Jack Ma Dihapus dari Daftar Hitam Amerika, Sindir Xi Jinping?

AS datang memberi bantuan pasukan militer dan beberapa kebijakan lainnya.

Hasilnya, kini Laut China Selatan bak 'medan perang'.

Nah, mengenai perairan yang disebut paling mahal di dunia itu, AS mendadak menyerang para pengebor lepas pantai terbesar China.

Dilaporkan pengebor lepas pantai terbesar China menjadi sasaran pemerintahan AS karena aktivitasnya di Laut China Selatan.

Baca Juga: Pertahankan Posisi, Militer Indonesia Kembali Masuk dalam Daftar 20 Militer Terkuat di Dunia, Duduki Peringkat ke-16 dan Kalahkan Israel, Korea Utara, hingga Australia!

Ini terjadi selang beberapa hari berakhirnya masa jabatan Presiden Donald Trump.

Bloomberg melaporkan, China National Offshore Oil Corp (CNOOC) telah bertahun-tahun mengebor di perairan yang jauh dari perbatasannya.

Dan dalam wilayah 200 mil dari perbatasan sejumlah negara termasuk Vietnam dan Filipina. 

 

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Kamis, aktivitas raksasa minyak itu bertindak seperti "pengganggu" bagi militer China untuk mengintimidasi tetangganya.

AS kemudian mengumumkan langkah untuk memasukkan nama CNOOC ke dalam daftar hitam, yang membatasi akses ke teknologi AS tanpa izin khusus.

"Tindakan pemerintahan Trump ini, sekali lagi, menunjukkan kepada publik, kepada komunitas internasional apa itu unilateralisme."

"Standar ganda dan intimidasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam sebuah pengarahan di Beijing pada hari Jumat seperti yang dikutip Bloomberg. Lijian menambahkan, "Pihak China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan hak dan kepentingan yang sah dan sesuai hukum dari perusahaan China."

"Dan kami akan mendukung perusahaan kami, untuk melindungi, menegakkan hak dan kepentingan mereka sesuai dengan hukum."

Dalam pernyataan yang dikirimkan lewat email, CNOOC mengetahui keputusan AS dan akan terus memantau kemajuannya.

Baca Juga: Ayahnya Dimakzulkan 2 Kali, Putri dan Menantu Trump Panik Karena Masa Depan Mereka Juga Terancam Suram, Tak Tahu Tinggal di Mana Setelah Keluar dari Gedung Putih

Saat CNOOC terlibat dalam sengketa teritorial untuk pengeboran di dekat Vietnam dan Filipina, sebagian besar produksi aktualnya di Laut China Selatan lebih dekat ke wilayah.

Wilayah tersebut adalah wilayah operasi inti, menurut laporan tahunan terbaru perusahaan.

Menurut CNOOC, Laut China Selatan bagian timur menyumbang sekitar 242.000 barel setara minyak per hari untuk perusahaan pada 2019, sekitar 17% dari total produksi, dengan kedalaman mulai dari 100 hingga 1.500 meter. 

Perusahaan tersebut mengembangkan Yangjiang Sag, patahan bawah laut di barat daya Hong Kong, dan membuat tujuh penemuan baru di seluruh wilayah pada tahun 2019.

(kontan.co.id)

Baca Juga: Bak Dipaksa Makan Buah Simalakama, Korea Selatan Diberi Pilihan Sulit Akibat Ketegangan China dan AS Meningkat, Salah Satu Opsi Bisa Buat Rakyat Kelaparan