Ini terjadi selang beberapa hari berakhirnya masa jabatan Presiden Donald Trump.
Bloomberg melaporkan, China National Offshore Oil Corp (CNOOC) telah bertahun-tahun mengebor di perairan yang jauh dari perbatasannya.
Dan dalam wilayah 200 mil dari perbatasan sejumlah negara termasuk Vietnam dan Filipina.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Kamis, aktivitas raksasa minyak itu bertindak seperti "pengganggu" bagi militer China untuk mengintimidasi tetangganya.
AS kemudian mengumumkan langkah untuk memasukkan nama CNOOC ke dalam daftar hitam, yang membatasi akses ke teknologi AS tanpa izin khusus.
"Tindakan pemerintahan Trump ini, sekali lagi, menunjukkan kepada publik, kepada komunitas internasional apa itu unilateralisme."
"Standar ganda dan intimidasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam sebuah pengarahan di Beijing pada hari Jumat seperti yang dikutip Bloomberg. Lijian menambahkan, "Pihak China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan hak dan kepentingan yang sah dan sesuai hukum dari perusahaan China."
"Dan kami akan mendukung perusahaan kami, untuk melindungi, menegakkan hak dan kepentingan mereka sesuai dengan hukum."
Dalam pernyataan yang dikirimkan lewat email, CNOOC mengetahui keputusan AS dan akan terus memantau kemajuannya.