Pelanggaran perjanjian nuklir Iran yang dilakukan membuat Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan pada 2018 dan kemudian menjatuhkan sanksi pada Teheran.
Dengan laporan lanjutan ini, maka peluang Presiden terpilih AS Joe Biden, yang menjabat pada 20 Januari, untuk bergabung kembali dengan pakta tersebut semakin sulit.
"Pemerintahan Trump memilih apa yang disebut kampanye tekanan maksimum di Iran."
"Hasilnya adalah bahwa strategi ini hanya meningkatkan risiko dan ancaman," kata Le Drian kepada surat kabar Journal du Dimanche.
"Ini harus dihentikan karena Iran dan - saya katakan ini dengan jelas - sedang dalam proses memperoleh kapasitas (senjata) nuklir."
Tujuan utama perjanjian itu adalah untuk memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk menghasilkan uranium yang cukup untuk membuat bom nuklir.
Hal itu juga bisa digunakan untuk mencabut sanksi internasional terhadap Teheran.
Para diplomat di sejumlah negara Barat mengatakan, pelanggaran berulang yang dilakukan Iran telah mengurangi "waktu breakout" menjadi jauh di bawah satu tahun.
Iran sendiri masih menyangkal bahwa ada niat untuk kembali menjalankan program nuklirnya.
Dengan pemilihan presiden di Iran yang dijadwalkan pada bulan Juni, Le Drian mengatakan sangat mendesak untuk "memberitahu Iran bahwa ini sudah cukup" dan untuk membawa Iran dan Amerika Serikat kembali ke dalam kesepakatan.