Dua Peluru Menembus Dada dan Tangan, Mayor Erik Bonde Malah Santai Lakukan Ini, Fotonya pun Melegenda

Tatik Ariyani

Penulis

Mayor Erik Bonde

Intisari-Online.com - Krisis Kongo terjadi antara tahun 1960 dan 1965.

Krisis tersebut dimulai setelah Kongo merdeka dari Belgia, kemudian negara tersebut berada di bawah kekuasaan Joseph-Desire Mobutu.

Selama Krisis Kongo tersebut, beredar sebuah foto fenomenal yang dipercaya diambil pada tahun 1961.

Segera setelah Republik Kongo (sekarang Republik Demokratik Kongo) merdeka dari Belgia, krisis dimulai yangmembuat negara itumengalami perang saudara.

Baca Juga: Kisah Lyudmila Pavlichenko 'Lady Death', Si Penembak Jitu Wanita Paling Mematikan dalam Sejarah, Menembak 309 Orang di Usia yang Sangat Muda, Hingga Meninggal Karena Stroke

Ada intervensi oleh PBB, tetapi tetap saja, sekitar 100.000 orang tewas selama krisis.

Melansir rarehistoricalphotos.com, Mayor Eric Bonde adalah bagian dari misi Swedia PBB ke Kongo selama Krisis Kongo.

Dia adalah orang yang ada di dalam foto fenomenal tersebut.

Seperti yang bisa dilihat di foto, sepertinya ada dua lubang peluru di dada dan lengan Mayor Bone.

Baca Juga: Sniper Paling Mematikan Simo Hayha, Tembak Mati 505 Targetnya, Berkali-kali Lolos dari Serangan Maut Soviet hingga Satu Insiden Ini Mengakhiri Kariernya

Saat itu, Mayor Bonde menggunakan senapan mesin ringan Carl Gustaf M / 45 Swedia dalam ukuran 9 × 19 mm.

Mayor Bonde mungkin ditembak oleh prajurit Baluba yang waktu itu menggunakan banyak senapan/senapan tua bermuatan muzzleloaded (tidak sekuat senapan yang lebih modern).

Setelah diberi pertolongan pertama, dia kembali berperang melawan musuh tak terlihat di hutan semak.

Selama Krisis Kongo, Sekretaris Jenderal PBB adalah diplomat Swedia Dag Hammarskjold, yang sangat dihormati baik di Swedia maupun di komunitas internasional (antara lain, JFK dan Eisenhower sering memujinya).

Jadi Swedia menaruh perhatian khusus pada konflik yang Hammarskjold bekerja tanpa lelah untuk mengakhirinya.

Baca Juga: Sampai Dijuluki Japan’s Schindler, Inilah Chiune Sugihara, Diplomat Jepang yang Pertaruhkan Jabatannya Demi Selamatkan 6.000 Pengungsi Yahudi

Dari tahun 1960 hingga 1964, Angkatan Darat Swedia mengirimkan sembilan batalyon ke Kongo.

Pada tahap awal krisis, ketika orang kulit putih di Kongo menjadi sasaran saat kerusuhan, Dag Hammarskjold menilai penting adanya pasukan kulit putih PBB di negara tersebut.

Karena itu, ia meminta agar Swedia dan Irlandia masing-masing mengirimkan satu batalion, dengan motif tersembunyi bahwa mereka akan lebih mudah memenangkan kepercayaan orang kulit putih daripada tentara dari negara-negara Afrika.

Batalyon Swedia pertama tiba di Kongo langsung dari Gaza pada 22 Juli 1960.

Hari-hari pertama Swedia berpatroli di Leopoldville dan menjaga Bandara Kinshasa di kota.

Baca Juga: Masa Bodo dengan Konsensus Internasional, AS Bersiap Bangun Gedung Sendiri untuk Kedutaan Besarnya di Yerusalem, Israel Langsung Beri Janji Manis Bagi Negara Lain

Artikel Terkait