Melansir Aljazeera.com (30/12/2020), Turki dan Amerika Serikat telah memulai pembicaraan untuk membentuk kelompok kerja bersama untuk membahas sanksi yang dikenakan Washington pada sekutu NATO-nya atas pembelian sistem pertahanan udara Rusia yang canggih, menurut menteri luar negeri Turki.
Dalam konferensi pers akhir tahun yang menilai kebijakan luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu juga mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa Turki menginginkan hubungan yang "lebih sehat" dengan AS di bawah pemerintahan Presiden terpilih Joe Biden.
Hubungan Turki dan AS yang juga sekutu ini memburuk ketika pada April 2017, Turki menandatangani kontrak dengan Rusia untuk memperoleh perisai rudal canggih setelah upaya berlarut-larut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS terbukti sia-sia.
Atas kontrak Turki dan Rusia itu, pejabat AS telah menyuarakan penentangannya mengklaim itu tidak akan sesuai dengan sistem NATO dan akan mengekspos jet F-35 untuk kemungkinan tipu muslihat Rusia.
Washington sebelumnya telah mengeluarkan Ankara dari program jet siluman F-35, dengan mengatakan penggunaannya bersamaan dengan teknologi Rusia akan membahayakan keselamatan jet tempur.
Namun, Turki tetap berada di jalannya untuk mendapatkan S-400 Rusia.
Turki menekankan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO, dan tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi atau persenjataannya.
Tetapi itu tidak menghentikan AS untuk mengumumkan sanksi awal bulan Desember 2020 untuk menghukum Turki, di bawah Undang-Undang Penentang Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) yang bertujuan untuk menekan kembali pengaruh Rusia.