Andrea K. Molnar dari Northern Illinois University menulis, “Menurut Taylor (1994: 13) invasi ke Timor Timur selama Perang Dunia II dipicu bukan oleh tindakan orang Timor, atau pemerintah kolonial Portugis tetapi dua kekuatan Eropa lainnya.
Bertentangan dengan gubernur Portugis di Dili, 400 tentara Belanda dan Australia mendarat di Timor Leste sebagai upaya pencegahan.
Timor dianggap sebagai penyangga Australia dan harus dicegah agar tidak diambil alih oleh Jepang.
Jepang memandang tindakan ini sebagai indikasi yang jelas bahwa pasukan Sekutu akan menggunakan Timor sebagai pangkalan militer dalam perang.
Kemudian Jepang mengirimkan 20.000 tentara yang kuat ke Timor Leste.
Akibat dari pertempuran Jepang dan pasukan sekutu, Timor Leste harus kehilangan puluhan ribu nyawa.
Di akhir pendudukan Jepag, sekitar 60.000 orang Timor-Leste kehilangan nyawa mereka baik karena pemboman oleh kedua belah pihak atau karena dukungan orang Timor-Leste terhadap pasukan Australia.
Kisah memilukan terjadi di Timor Leste dalam masa-masa tersebut, kebrutalan kerja paksa dan pemerkosaan sistematis terhadap perempuan dan pemukulan masih segar di benak orang Timor, menurut Andrea K. Molnar dikutip factsanddetails.com.