Penulis
Intisari-online.com -Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pada hari Senin bahwa Canberra menuntut permintaan maaf dari Beijing tentang tweet yang berisi gambar palsu seorang tentara Australia yang memegang pisau di leher seorang anak Afghanistan.
Morrison mengatakan Australia sedang mengupayakan penghapusan gambar yang disebut Morrison sebagai sesuatu yang benar-benar menjijikkan, yang diposting pada hari Senin oleh Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
“Ini benar-benar keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan atas dasar apapun ... Pemerintah China seharusnya benar-benar malu dengan postingan ini.
"Itu mengurangi harga diri mereka di mata dunia, "kata Morrison kepada media pada jumpa pers seperti dilansir Reuters, Senin (30/11).
Morrison melanjutkan, negara-negara di seluruh dunia sedang mengamati bagaimana Beijing menanggapi ketegangan dalam hubungan Australia dengan China.
Kekejaman pasukan khusus Australia di Afghanistan
Memang Australia sendiri sedang menghadapi kasus sulit terkait tindakan sewenang-wenang tentara Australia di Afghanistan.
Setelah empat tahun diselidiki, baru bulan ini akhirnya kasus itu dirilis, tunjukkan jika tentara Australia terlibat dalam pembunuhan warga sipil Afghanistan.
19 tentara khusus dan mantan tentara khusus seharusnya diinvestigasi oleh polisi atas pembunuhan tahanan, petani atau warga sipil di tahun 2009 sampai 2013.
Dephan Australia menyalahkan kejahatan tersebut sebagai "budaya prajurit" yang turun-menurun di antara para tentara.
Penyelidikan dilakukan oleh Hakim Mayor Jenderal Paul Brereton, yang mewawancarai lebih dari 400 saksi.
Ia temukan bukti-bukti bahwa tentara junior diminta lakukan pembunuhan pertama kali dengan menembak para tahanan.
Praktik itu disebut sebagai "pendarahan".
Selanjutnya, senjata dan peralatan lain ditanam di dekat jasad warga Afghanistan yang terbunuh.
Gunanya adalah untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan.
Kemudian dua insiden tambahan dapat dianggap sebagai kejahatan perang berupa "perlakuan kejam".
Dikutip dari BBC, Afghanistan mengatakan mereka telah dibujuk oleh Australia bahwa mereka berkomitmen untuk "memastikan keadilan".
Seorang akademisi yang melakukan penelitian awal atas insiden tersebut yaitu Samantha Crompvoets, mengatakan kepada BBC jika mereka "disengaja, diulangi dan menjadi sasaran kejahatan perang".
Australia telah mengirim pasukan ke Afghanistan sejak 2002, menyusul penggulingan Taliban sebagai bagian dari koalisi pimpinan AS.
Peran pasukan internasional awalnya adalah untuk melatih pasukan Afghanistan.
Namun pasukan internasional malah semakin terlibat dalam memerangi pemberontak.
Meski begitu, Australia merasa tersinggung dengan foto palsu yang diedarkan China.
Kondisi kedua negara semakin memburuk semenjak China terang-terangan menolak ekspor batubara dari Australia.
Australia ini kelimpungan, sebab bukan kali pertama China menolak produk mereka.
Padahal, China adalah mitra dagang terbesar benua kangguru tersebut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini