Penulis
Intisari-online.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan daftar perusahaan China yang terlibat dengan militer Tiongkok.
Keterlibatan yang dimaksud adalah memberikan pasokan onderdil dan suku cadang ke militer negeri panda.
Harga yang dipatok oleh perusahaan-perusahaan itu lebih murah daripada harga dari perusahaan AS yang menjual suku cadang dan komponen penerbangan sipil ke China.
Salinan daftar perusahaan tersebut didapat Reuters, dan jika dipublikasikan, bisa semakin meningkatkan ketegangan perdagangan dengan Beijing.
Juga, merugikan perusahaan AS yang menjual suku cadang dan komponen penerbangan sipil ke China.
Dikutip dari Kontan.co.id, dalam laporan yang didapat Reuters, ada nama Commercial Aircraft Corp of China Ltd (COMAC).
Perusahaan tersebut menjadi pelopor upaya China untuk bersaing dengan Boeing dan Airbus.
Aviation Industry Corporation of China (AVIC) dan 10 entitas terkait juga dilaporkan terlibat dalam hal itu.
Baca Juga: Ini Pesawat Paling Mematikan di Dunia, Bukan 'Si Canggih' F-35 Apalagi F-16
Daftar tersebut termasuk dalam draf aturan yang mengidentifikasi perusahaan China dan Rusia yang AS anggap sebagai “military end users".
Ini berarti, pemasok AS harus meminta lisensi untuk menjual sebagian besar barang yang tersedia secara komersial kepada mereka.
Pada April lalu, Departemen Perdagangan AS memperluas definisi “military end users", tidak hanya mencakup angkatan bersenjata dan kepolisian, juga setiap orang atau entitas yang mendukung atau berkontribusi pada pemeliharaan atau produksi barang-barang militer. Bahkan, bisnis non-militer.
Penerapan pembatasan ekspor
AS kemudian menambah pembatasan ekspor, berlaku untuk item yang berbeda seperti perangkat lunak komputer mulai dari pengolah data, peralatan ilmiah seperti osiloskop digital sampai suku cadang dan komponen pesawat.
Departemen Perdagangan AS mengatakan, kemampuan untuk mengontrol aliran teknologi AS ke perusahaan yang terdaftar adalah penting.
Tujuannya untuk melindungi kepentingan keamanan nasional negeri Paman Sam.
Rancangan aturan itu juga menunjuk 28 entitas Rusia selain 89 perusahaan China.
Salah satunya Irkut, yang bertujuan untuk masuk ke pasar Boeing dengan mengembangkan pesawat jet MC-21.
Total ada 117 nama perusahaan yang sudah masuk ke dalam daftar, sedangkan Departemen Perdagangan AS menyatakan daftar tersebut masih dalam tahap awal.
Ini artinya, masih ada kemungkinan penambahan perusahaan lain, termasuk dari negara lain.
Tidak menutup kemungkinan sanksi yang diterapkan AS kepada perusahaan China juga berlaku ke negara lain.
Tindakan Donald Trump
Administrasi Donald Trump akan menambahkan empat perusahaan China ke dalam daftar perusahaan yang dibatasi aksesnya ke investor AS.
Empat perusahaan tersebut dibatasi karena didukung militer China.
Tambahan empat perusahaan tersebut belum pernah dilaporkan dan mungkin akan diumumkan minggu depan.
Gedung Putih dan kedutaan besar China di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar soal ini.
Penambahan ini akan membuat jumlah perusahaan China yang terkena dampak menjadi 35 perusahaan.
Mereka termasuk raksasa teknologi seperti Hikvision, China Telecom Corp dan China Mobile yang ditambahkan awal tahun ini.
Langkah terbaru akan datang hanya beberapa hari setelah Donald Trump menerbitkan perintah eksekutif, yang melarang investor AS membeli saham perusahaan China yang masuk daftar hitam mulai November 2021.
"Langkah tersebut membantu memastikan tidak ada orang Amerika yang tanpa disadari menyubsidi kampanye (Partai Komunis China) untuk mendominasi teknologi masa depan," kata Anggota Kongres dari Partai Republik, Mike Gallagher.
Namun, perintah eksekutif tidak mungkin memberikan pukulan serius bagi perusahaan, kata para ahli, karena ruang lingkupnya yang terbatas, ketidakpastian tentang sikap pemerintahan Biden yang akan datang dan kepemilikan dana AS yang sudah sedikit.
Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari 2021 nanti, belum menjabarkan strategi hubungan dengan China secara rinci.
Tetapi semua indikasi menunjukkan bahwa Biden akan melanjutkan pendekatan yang keras terhadap Beijing.
Daftar hitam dari Departemen Pertahanan AS tersebut kemungkinan akan menambah ketegangan antara AS dengan China yang telah berselisih tentang virus korona dan tindakan keras China di Hong Kong.
Daftar tersebut juga merupakan bagian dari upaya Washington untuk menargetkan apa yang dilihat AS sebagai upaya Beijing untuk meminta perusahaan memanfaatkan teknologi sipil untuk tujuan militer.
Pada bulan September, Departemen Perdagangan AS memberlakukan pembatasan ekspor ke pembuat cip terbesar China, SMIC, setelah menyimpulkan ada "risiko yang tidak dapat diterima" bahwa peralatan yang dipasok ke sana dapat digunakan untuk tujuan militer.
Kongres dan pemerintah AS semakin berupaya untuk mengekang akses pasar AS dari perusahaan China yang tidak mematuhi aturan.
(Prihastomo Wahyu Widodo, Khomarul Hidayat)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Bertambah, AS sebut ada 89 perusahaan China yang berafiliasi dengan militer Tiongkok" dan "Lagi, Donald Trump batasi akses 4 perusahaan China ke investor AS"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini