Jika terjadi terus-menerus, wanita-wanita itu dapat kehilangan calon anak mereka dan mengalami keguguran.
Banyak yang dipekerjakan oleh subkontraktor dengan sistem upah harian tanpa ada tambahan upah alias hanya upah minimum harian, dan melakukan pekerjaan yang sama untuk perusahaan yang sama bertahun-tahun lamanya.
Hotler Parsaoran dari kelompok LSM Indonesia Sawit Watch mengatakan "hampir semua perkebunan memiliki masalah dengan buruh, tapi kondisi buruh wanita jauh lebih buruk daripada buruh pria."
AP mewawancarai lebih dari tiga lusin wanita dan perempuan dari setidaknya 12 perusahaan di dua negara, nama mereka disamarkan agar menjaga keselamatan para wanita ini.
Kedua negara juga memiliki tanggapan yang berbeda atas yang terjadi di balik layar industri megah itu.
Pemerintah Malaysia mengatakan mereka tidak menerima laporan apapun mengenai tindakan asusila di perkebunan itu.
Sedangkan pemerintah Indonesia mengakui ada pelanggaran tindakan asusila fisik dan seksual sebagai masalah yang tumbuh dan sedang berusaha mencari solusi terbaik.
Para korban tidak berani menceritakan apa yang terjadi kepada mereka, sehingga investigasi dilaksanakan dengan melihat laporan polisi, dokumen hukum serta keluhan yang diisi oleh serikat buruh dan media lokal.