Find Us On Social Media :

Baru Jadi Calon Menteri Pertahanan AS, Wanita Ini Sudah Buat China Ketar-ketir Gara-gara Ancamannya Ini, 'AS Akan Tenggelamkan Seluruh Kapal China di Laut China Selatan'

By Mentari DP, Senin, 16 November 2020 | 09:35 WIB

Kapal Induk Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan.

Intisari-Online.com - Posisi Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) kosong setelah Donald Trump memecat Mark Esper.

Namun Presiden AS terpilih, Joe Biden, dilaporkan sudah punya pengganti calon potensial Pimpinan Pentagon tersebut.

Dia adalah Michele Flournoy, yang sebelumnya seorang wakil menteri pertahanan dalam pemerintahan Obama.

Hanya saja, masih berstatus calon Menteri Pertahanan di bawah pemerintahan Biden, Michele Flournoy sudah mengungkapkan perintahnya.

Baca Juga: Covid Hari Ini 16 November 2020: Kasus di Tanah Air Nyaris 500.000 Kasus, di AS Tembus 11 Juta Kasus, Lockdown Terjadi di Mana-mana

Di mana Flournoy sebelumnya menyarankan pasukan Amerika harus ditempatkan di Laut China Selatan untuk meningkatkan pencegahan.

Perairan yang diperebutkan itu telah menjadi pusat keterlibatan AS di Indo-Pasifik, dengan staf senior Presiden Donald Trump dan pejabat China memperdebatkan klaim "kedaulatan" di laut.

Dalam tulisannya di jurnal Foreign Affairs awal tahun ini, Flournoy menyerukan peningkatan kehadiran angkatan laut Amerika di Laut China Selatan.

Dia mengatakan bahwa Washington kehilangan kemampuan untuk melawan agresi militer Beijing di perairan yang diperebutkan.

Baca Juga: Bak Jatuh Tertimpa Tangga Lagi, Sudah Dipaksa Kalah Perang dari Azerbaijan dan Ribuan Tentaranya Tewas, Kini Armenia Hadapi Krisis Besar, Warga: Kami Merasa Ditipu!

Masih mengutip Express.co.uk, sebagai hasil dari keyakinan kuat yang dipegang Beijing tentang penurunan kekuatan AS, Flournoy mengusulkan bahwa AS harus meningkatkan pencegahan di wilayah tersebut untuk melawan stigma tersebut.

"Misalnya, jika militer AS memiliki kemampuan secara kredibel mengancam untuk menenggelamkan semua kapal militer, kapal selam, dan kapal dagang China di Laut China Selatan dalam waktu 72 jam."

"Para pemimpin China mungkin berpikir dua kali sebelum, katakanlah, meluncurkan sebuah blokade atau invasi Taiwan; mereka harus bertanya-tanya apakah layak mempertaruhkan seluruh armada mereka,” tulis Flournoy.

Baru-baru ini, dia juga menegaskan kembali sikap anti-China dan keinginannya untuk pertahanan Amerika yang lebih kuat di Indo-Pasifik.

Dalam sebuah wawancara dengan Defense News, Flournoy berkata: “Kita harus memiliki keunggulan yang cukup, yang pertama dan terpenting kita dapat mencegah China menyerang atau membahayakan kepentingan vital kita dan sekutu kita."

"Itu berarti tekad."

Namun mantan wakil menteri itu juga menginginkan perubahan dari pandangan "buram" pemerintahan Trump tentang China, dan menyatakan keinginan untuk beberapa kerja sama antara Beijing dan Washington.

“Ada serangkaian ancaman, apakah itu mencegah pandemi berikutnya."

"Atau menangani perubahan iklim."

"Atau berurusan dengan proliferasi nuklir Korea Utara di mana, suka atau tidak, kita harus berurusan dengan China sebagai mitra atau kita tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut," ujarnya.

Baca Juga: Bukan Hal Mustahil Negera Sekelas Indonesia Bisa Kalahkan Amerika, Jusuf Kalla Ternyata Pernah Beberkan Rahasia Ini Supaya TNI Bisa Kalahkan AS, Ini Kuncinya

Di sisi lain, para pengamat telah mendinginkan usulan Flournoy terkait kehadiran besar Angkatan Laut AS di Laut China Selatan, dengan mengatakan China siap untuk membalas jika AS secara besar-besaran meningkatkan pencegahan maritim.

Wu Xinbo, direktur Pusat Studi Amerika Universitas Fudan berkata kepada South China Morning Post: "Ancaman seperti itu hampir tidak dapat bekerja."

"Karena PLA telah dan selalu memperhitungkan campur tangan Amerika secara langsung ketika merencanakan operasi militer di Taiwan."

Collin Koh, seorang peneliti dari S. Rajaratnam School of International Studies di Nanyang Technological University Singapura, sudah memprediksi sikap Flournoy dan pemerintahan baru Biden terhadap China.

"Terlepas dari siapa yang ada di Gedung Putih, kemampuan untuk mempertahankan pencegahan yang kredibel."

"Dan jika perlu, mengalahkan agresi [Tentara Pembebasan Rakyat] terhadap Taiwan sesuai dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan, akan dipandang sebagai hal yang disepakati," papar Koh seperti dikutip Express.co.uk

Biden, setelah mengalahkan Trump dalam pemilihan presiden AS, telah menjelaskan bahwa dia akan tegas pada China dengan cara yang sama seperti pendahulunya.

Selama kampanye Demokrat, dia mengecam Presiden China Xi Jinping sebagai "preman" dan berjanji untuk memimpin kampanye internasional untuk "menekan, mengisolasi, dan menghukum China".

Biden juga bersikap brutal dalam penilaiannya terhadap penahanan dan perlakuan China terhadap Muslim Uighur, yang dia anggap sebagai "genosida".

Baca Juga: Survei Sebut Menang Telak, Donald Trump Kemungkinan Besar Akan Jadi Presiden AS Lagi, Mahathir Mohamad: Jika Trump Terpilih Lagi, Maka Itu Bisa Jadi Bencana

Tapi mantan Wakil Presiden itu juga diharapkan mengejar "kepentingan nasional" AS dan berkolaborasi dengan China dalam kebijakan perubahan iklim.

Di bawah pemerintahan Trump, Washington telah meningkatkan tekanan terhadap Beijing di Laut China Selatan.

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Trump, mengecam klaim China atas "kedaulatan" atas perairan yang disengketakan.

"Kami tekankan, klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum, seperti kampanye penindasan untuk mengontrol mereka."

Sebagai bagian dari kebijakan anti-China ini, AS juga telah meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan tahun ini, sehingga membuat marah Beijing.

Pada tahun 2020, AS telah menjual senjata dan kendaraan senilai US$ 4,981 miliar ke Taiwan, di mana transaksi yang terbaru adalah 100 Harpoon Coastal Defense Systems seharga US$ 2,37 miliar.

(Barratut Taqiyyah Rafie)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Calon Menhan: AS harus dapat tenggelamkan semua kapal China di Laut China Selatan")

Baca Juga: Digadang-gadang Jadi Wilayah Kekuasaan Trump, Joe Biden Berhasil Birukan Georgia, Keunggulannya Makin Besar dan Buat Trump Sudah Tak Bisa Berkutik Lagi