Namun, itu mengalami masalah ketika gagal meloloskan anggaran bulan lalu setelah CNRT abstain dari pemungutan suara pada tagihan anggaran, menurut laporan.
Kemudian, Gusmao sejak itu membentuk koalisi enam partai baru yang memegang 34 kursi di 65 kursi parlemen bekas koloni Portugis itu.
Koalisi baru menandatangani pakta di kantor CNRT pada 22 Februari, tiga hari sebelum Matan Ruak menyerahkan surat pengunduran dirinya.
Gusmao mengatakan dia yakin koalisi baru dapat mengesampingkan ketidakpastian politik yang melanda negara yang mayoritas beragama Katolik itu.
Gusmao mengatakan kebuntuan akan sangat merusak ekonomi negara jika dibiarkan terus berlanjut. Proyek pembangunan akan ditunda, membuat komunitas kecil rentan, tambahnya.
Kondisi politik Timor Leste yang demikian pun mendapat tanggapan dari Uskup Agung Virgilio do Carmo da Silva.
Ia menyerukan kepada “politisi yang berkemauan baik” untuk segera membentuk pemerintahan baru untuk memimpin rakyat Timor-Leste keluar dari krisis politik.
“Masyarakat masih percaya bahwa pemimpin mereka bisa datang sebagai satu kesatuan untuk memberikan solusi terbaik untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” kata prelatus Salesian itu.