Find Us On Social Media :

Usaha 'Jebakan Utang' Tiongkok Mencapai Arktik, Akankah Arktik Menjadi Laut China Selatan Berikutnya yang Diperebutkan Kekuatan Besar?

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 7 November 2020 | 19:01 WIB

Ilustasi

Sejak Perang Dingin, kerja sama regional dan hubungan AS-Rusia agak tertutup dari ketegangan di luar Kutub Utara.

Tentu saja, keseimbangan kekuatan AS-Rusia yang sudah ada sebelumnya di Kutub Utara merupakan pertimbangan penting saat menambahkan Beijing ke campuran kekuatan Arktik.

China semakin menerapkan geoekonomi, daripada militerisasi cepat seperti yang terlihat di Laut China Selatan, untuk memiringkan keseimbangan kekuatan di Kutub Utara.

Beijing menggunakan kampanye yang ditargetkan ke negara-negara Nordik dan dalam sektor sumber daya untuk meningkatkan pengaruh, legitimasi, dan keterlibatan di kawasan Arktik.

Baca Juga: Di Tengah Kekacauan Pemilu AS, Pemerintah Berhasil Sita Uang Elektronik Dengan Angka Terbesar Dalam Sejarah, Pasar Gelap Tempat Obat Terlarang dan Barang Ilegal Ini Sumbernya

Keterlibatan ekonomi Tiongkok di sektor sumber daya Greenland, serta ikatan ekonominya yang tumbuh (meskipun sedikit) di Islandia dan Norwegia, menggambarkan upaya Tiongkok untuk memperluas perannya dalam ekonomi Arktik.

Namun kesadaran Kremlin dari potensi diplomasi jebakan utang yang dilakukan Beijing telah menghasilkan kebijakan Rusia yang bersatu untuk membatasi kepemilikan mayoritas oleh China atas setiap usaha Arktik Rusia.

Secara keseluruhan, Laut Cina Selatan dan Kutub Utara adalah wilayah maritim yang sangat berbeda dengan karakteristik geopolitik yang berbeda.

China jelas meminjam dari pedoman eksepsionalisme kekuatan besar di Laut China Selatan.

Baca Juga: 5 Militer Paling Kuat di Asia Tenggara, Indonesia Nomor Berapa?