Penulis
Intisari-online.com -Pemilu AS 2020 belum didapatkan hasil sahnya.
Namun, keadaan sudah menjadi kian tidak terkendali.
Dikutip dari Kompas.com, demonstran dengan senapan dan pistol menunggu di luar kantor petugas pemilihan presiden AS di Phoenix, Arizona, AS.
Mereka berpakaian dengan gaya khas militer, kaus berwarna hitam dan berbaris di depan Maricopa County Recorder's Office, Phoenix.
Menariknya, mereka tidak termasuk para pembuat keonaran dan pelanggar hukum.
Pasalnya, UU di Arizona dan Michigan memungkinkan siapapun secara terbuka membawa senjata api di hadapan umum.
Jumlah mereka juga terhitung sedikit.
Namun kemunculan mereka terutama dengan senjata api telah membuat khawatir.
Amerika memang sudah terkenal penggunaan senjata dalam aksi demonstrasi, yang sering dilakukan oleh demonstran sayap kanan dan juga terkadang sayap kiri.
Hanya saja, kali ini berbeda.
Pakar memperingatkan jika senjata api menciptakan situasi genting, dapat dilihat sebagai intimidasi dan berujung pada kekerasan.
“Semakin banyak kita melihat, semakin banyak orang melihatnya sebagai reaksi normal - meski sebenarnya tidak. Tidak ada yang normal soal itu," kata Cynthia Miller-Idriss, seorang profesor di American University yang mempelajari ekstremisme.
"Potensi kekerasan menjadi (suatu hal yang) normal."
Para demonstran tersebut membawa senapan semi otomatis dan mereka merupakan pendukung calon presiden petahana Donald Trump.
Para demonstran bersenjata itu muncul di pusat penghitungan suara sebagai respons atas tuduhan tak berdasar dari presiden Trump yang mengatakan Demokrat sedang berusaha mencuri pemilihan.
Sampai berita ini ditayangkan belum ada pelanggaran serius yang dilaporkan.
Sementara itu, petugas pemilu di beberapa negara bagian di mana perolehan suara Joe Biden unggul melaporkan kemarahan di luar pintu mereka membuat mereka takut akan keselamatan diri mereka.
Sekitar 100 pendukung Trump berkumpul di hari ketiga, Jumat (6/11/2020) di depan pusat pemilihan di Phoenix, di mana ratusan petugas pemilu sedang memproses dan menghitung surat suara.
"Tangkap petugas pemungutan suara!" teriak kerumunan, menuntut empat tahun lagi jabatan presiden untuk Trump.
Wakil kepala polisi daerah menahan para pedemo di zona "kebebasan berbicara" jauh dari pintu masuk gedung.
"Ketika kami mulai mengaudit beberapa daftar pemilih ini, penipuan mereka mungkin benar-benar akan terungkap," kata aktivis konservatif Charlie Kirk kepada kerumunan pedemo, menimbulkan sorak-sorai bersahutan.
Adapun di Detroit, puluhan pendukung Trump kembali turun ke jalan pada Jumat di luar pusat konvensi kota, tempat petugas pemilihan menghitung surat suara.
“Hentikan pencurian!” teriak para pedemo. Beberapa membawa tanda bertuliskan, "Jadikan Pemilu Adil Lagi" dan "Kami Cinta Trump".
Polisi menutup jalan-jalan menuju gedung dan terus mengawasi protes tersebut.
Bendahara daerah di Detroit, Eric Sabree, mengatakan dia telah menutup kantornya karena adanya ancaman.
Dalam sebuah pernyataan, Sabree mengatakan keputusan itu dibuat "demi keselamatan pembayar pajak dan staf kami" dan karena "informasi yang dapat dipercaya" dari kantor kepala polisi daerah.
(Miranti Kencana Wirawan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demonstran Bersenjata Tampak di Luar Pusat Penghitungan Suara Pilpres AS"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini