Advertorial

Unjuk Rasa Bisa Picu Penyebaran Covid-19, Ahli: Dalam 2 Minggu ke Depan, Jangan Heran Jika Kasus Harian di Indonesia Bisa Capai 10.000 per Hari'

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), ratusan ribu mahasiswa dan para buruh melakukan aksi unjuk rasa di berbagai daerah di Indonesia.

Tentu saja aksi unjuk rasa itu mengkhawatirkan sejumlah pihak.

Bukan soal alasan mereka melakukan unjuk rasa, tetapi karena aksi kerumunan ituberpotensi memicu terjadinya penyebaran Covid-19 secara masif.

"Apa pun itu, baik demo, penggalangan massa, itu sangat berpotensi memicu terjadinya penyebaran yang masif dari Covid-19," kata Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman,kepada Kompas.com, Jumat (9/10/2020).

Baca Juga: Amerika dan Rusia Bahkan Tak Punya, India Ternyata Punya Rudal yang Mampu Bawa Torpedo hingga Serang Musuh dari Jarak 643 km Jauhnya, 'Ini Persiapan Lawan Kapal Selam China'

Terlebih, situasi pengendalian pandemi corona di Indonesia saat ini belum terkendali dengan baik.

"Karena kapasitas testing dan tracingnya yang rendah," ujar dia.

Masih rendahnya testing dan tracing terhadap Covid-19, menurutnya berimplikasi terhadap keberhasilan pada intervensi seperti isolasi, karantina, dan lainnya.

Terlihat dalam 2-3 minggu

Dicky menjelaskan, saat demo berlangsung, seluruh mekanisme penularan virus terjadi, seperti terjadi kerumunan, tidak ada jarak sosial, droplet, hingga fomite.

Baca Juga: Dituduh Diskriminasi Terhadap Etnis Minoritas, China Klaim Dapat Dukungan dari 70 Negara Terkait Konflik Hong Kong dan Sindir Amerika, 'Jangan Percaya Negara Barat'

"Orang berdekatan, orang berteriak, kemudian juga saling menyentuh, ini banyak terjadi."

"Akhirnya disadari atau tidak (terjadi) penyebaran dari Covid-19," tutur Dicky.

Menurut dia, dampak lonjakan penyebaran virus corona dari aksi demontrasi tidak akan terlihat secara langsung dalam waktu dekat.

"Akan terlihat dampaknya ya nanti, 2-3 minggu ke depan. Bukan dalam beberapa hari ini," kata Dicky.

Hal ini pun akan memperburuk situasi pengendalian pandemi virus corona di Indonesia.

Secara terpisah, tenaga kesehatan juga mengkhawatirkan terjadinya lonjakan kasus infeksi masif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang.

"Dalam kondisi saat ini saja, para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah kelimpungan menangani jumlah pasien Covid-19 yang terus bertambah," ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia), M. Adib Khumaidi, dalam keterangannya.

Gas air mata

Dicky menambahkan, gas air mata dan semprotan merica aparat akan membuat pendemo "menangis".

Hal ini menyebabkan hidung dan mulut akan mengeluarkan lendir dan memperburuk penyebaran virus.

Mengingat, virus corona dapat menyebar melalui droplet atau tetesan dari mulut atau hidung.

"Gas air mata dapat terkumpul pada masker, sehingga tidak tahan untuk dipakai," tuturnya.

Baca Juga: Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Mahasiswa yang Demo Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja: Waspada,Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Kita Terkena Gas Air Mata

10.000 kasus harian

Lebih lanjut, sangat diperlukan antisipasi dari sektor fasilitas kesehatan, mengingat potensi terjadinya lonjakan kasus dalam beberapa minggu mendatang.

"Betul. Sangat penting (fasilitas kesehatan berantisipasi)."

"Dan terutama aspek testing dan tracingnya," ujar Dicky.

Dicky mengungkapkan, potensi percepatan penyebaran saat ini dapat mencapai 2-3 kali lipat atau kasus harian dapat mencapai 10.000 kasus.

"Karena adanya sinergi faktor pemburuk seperti rangkaian Pilkada, pelonggaran, dan demo."

"Artinya kasus harian 10.000 sudah tidak akan aneh," lanjutnya.

Ia menambahkan, saat ini pun seharusnya kasus harian telah mencapai 10.000 kasus, namun tidak terlihat lantaran testing dan tracing yang rendah.

"Sekarang pun harusnya sudah 10.000, tapi karena testing dan tracing rendah jadi enggak keliatan. 2-3 minggu lagi melonjak," ujar Dicky.

(Mela Arnani)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Epidemiolog Prediksi Kasus Covid-19 Melonjak dalam 2 Minggu ke Depan, Bisa Capai 10.000 Per Hari")

Baca Juga: Ayo Bersabar Sedikit, WHO Sebut Vaksin Virus Corona Mungkin Siap pada Akhir 2020,'Banyak Negara yang Percaya dengan Vaksin Kami'

Artikel Terkait