Merkel sering digambarkan sebagai sosok 'anti-Trump', dan Mei lalu ia mengatakan ia ingin Uni Eropa mengambil lebih banyak tanggung jawab global.
Merkel juga meminta blok Uni Eropa untuk mengambil lebih banyak suara lebih kuat dalam nilai "demokrasi, kebebasan dan perlindungan martabat manusia," serta menggambarkan kerjasama dengan AS lebih sulit daripada yang ia harapkan.
Macron juga berusaha menempatkan dirinya sebagai pemimpin dunia bebas awal-awal masa jabatan Donald Trump.
Kampanyenya memang terhitung ekstrim, dengan terlalu menjunjung sekulerisme, tapi ia menjadi pelindung demokrasi di tempat AS tidak ada.
Ia telah mengkonfrontasi Putin atas peran negaranya dalam konflik Suriah dan kerusakan hak kaum gay di Rusia.
Ia juga mengkonfrontasi Putra Mahkota Muhammad bin Salman atas tuduhan pembunuhan Jamal Khashoggi.
Namun, meskipun keinginan mereka sangat kuat untuk menggantikan kepemimpinan AS, masih ada beberapa aspek yang tidak bisa begitu saja tergantikan oleh pemimpin Uni Eropa, dan pengingat jika AS masih diperlukan untuk memimpin dunia ini.
Contohnya adalah kemenangan Rusia dalam membantu perang saudara untuk Presiden Suriah Bashir al-Assad, serta gertakan Macron yang justru menjadi senjata makan tuan karena ia juga menuduh Islam sebagai ekstrimis dalam kasus terbaru di Perancis.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini