Find Us On Social Media :

Investigasi Mengejutkan, Rusia Diam-diam Kembangkan Program Senjata Kimia Bahkan Ilmuwannya Sering Kongkalikong Dengan Unit Pembunuh Bayaran Negara Beruang Itu

By Maymunah Nasution, Minggu, 25 Oktober 2020 | 18:37 WIB

Vladimir Putin

Unit 29155 juga dilaporkan terlibat dalam membayar militan Taliban yang menyerang pasukan AS di Afghanistan.

"Data telecom yang kami dapatkan tunjukkan jika peneliti kunci dari institut berkongkalikong dengan intelijen militer Rusia, termasuk dalam unit operasi hitam mereka sampai tingkat yang bukan hanya upaya pertahanan militer," papar Bellingcat.

Contohnya adalah antara November 2017 dan Maret 2018, saat Skripal dan anaknya diracuni di Salisbury, Sergey Chepur, kepala institut St. Petersburg, dilaporkan menghubungi anggota Unit 29155 lewat telepon setidaknya 65 kali.

Selanjutnya karena kasus Navalny ini, pemimpin negara-negara Eropa kian berang.

Baca Juga: Getol Sebut China Sebagai Musuh Utama, Rusia Tertawa Melihat Trump Tidak Sadar Jika Negara Beruang Itu Merupakan Ancaman Utama Bagi Paman Sam

Minggu lalu, Uni Eropa dan Inggris terapkan sanksi untuk 6 pejabat senior Rusia dalam merespon kasus Navalny.

Kamis kemarin, grup bipartisan dari senator AS mendesak administrasi Trump untuk terapkan sanksi baru kepada Rusia.

Bellingcat mencatat jika pemerintah AS dan Eropa belum memberi sanksi kepada Institut Pengobatan dan Eksperimen Militer St. Petersburg dari Kementerian Pertahanan atau Pusat Sinyal Ilmiah.

Menyoal kasus penyerangan Navalny, pemimpin Eropa mulai berbicara blak-blakan dalam mengkritik Rusia.

Baca Juga: Sudah 10 Tahun Kerja Sama Soal Senjata Nuklir, Amerika Tiba-tiba Tolak Proposal Rusia, Putin Berang dan Sebut Negara Trump Bukan Lagi Negara Adidaya, 'China Sudah Kalahkan AS!'