Mengambil jalan yang berbeda dengan adik dan sebagian keluarga lainnya, Muhajir mengaku merasa hidupnya jauh lebih baik di tanah pengungsian.
Ia menceritakan, bahwa justru saudaranya di Timor Leste mengambil berasnya di Kupang karena kualitas berast di Timor Leste kurang bagus.
"Malahan saudara saya yang di Timor Leste ambil berasnya dari Kupang terus dibawa ke sana."
"Di sana mereka punya beras kurang bagus makanya ambil di sini," ungkapnya.
Beberapa kali, adik Muhajir membawa ratusan kilo gram beras dari Kupang ke Timor Leste.
"Saya punya adik beberapa kali ke sini, tiap pulang selalu bawa kembali kurang lebih 100-200 kg beras ke Timor Leste," ceritanya.
Sementara itu, Muhajir mengaku enggan kembali ke kampung halaman. Ia enggan mengenang mimpi buruk semasa pra-referendum.
"Karena waktu kita masih di sana ya dua kubu, artinya kan kita bergerak kan tidak bisa, bidang pertanian ya tidak bisa,"