Find Us On Social Media :

Beda Pilihan Membuatnya Hidup Terpisah dari Adiknya, Inilah Kisah Muhajir, Pengungsi Timor Leste yang Sudah Puluhan Tahun Hidup di Indonesia: Mereka Pilih Merdeka Saya Ingin Bergabung dengan Indonesia

By Khaerunisa, Kamis, 22 Oktober 2020 | 14:25 WIB

Ribuan warga Kota Dili antre dalam pelaksanaan Referendum Timor Timur, 30 Agustus 1999.

Intisari-Online.com - Referendum Timor Leste yang digelar tahun 1999 menunjukkan hasil bahwa mayoritas warga di sana, yang saat itu bernama Timor Timur, tidak menginginkan integrasi dengan Indonesia.

Artinya, kebanyakan pemilih dalam referendum tersebut menginginkan kemerdekaan setelah 24 tahun menjadi provinsi ke-27 Indonesia.

Konflik, kelaparan, hingga penyakit yang terjadi di sana konon menjadi alasan warga Timor Leste ingin melepaskan diri dari Indonesia.

Namun, meski hasil referendum menunjukkan demikian, warga Timor Leste tetap terbagi ke dalam kelompok pro-kemerdekaan dan pro-integrasi.

Baca Juga: Mengaku Pahlawan, Nyatanya Australia Ogah Beri Perlindungan pada 1.500 Penduduk Timor Leste Meski Diminta PBB, Ini Alasannya

Kelompok pro-integrasi tetap pada pilihannya meski hasil referendum yang diumumkan tak memenangkan pilihan mereka.

Bahkan, kerusuhan yang pecah setelah diumumkannya hasil referendum Timor Leste dikaitkan dengan militan pro-integrasi atau anti-kemerdekaan.

Kerusuhan di Timor Leste yang juga dikenal sebagai 'Krisis Timor Timor 1999' itu diyakini menewaskan sekitar 1.400 penduduk, setelah dimulainya serangan militan anti-kemerdekaan terhadap warga sipil.

Serangan itu meluas menjadi kerusuhan di seluruh Timor Timur, berpusat di ibu kota Dili, hingga Tentara PBB (Interfet) dikirim untuk mengembalikan stabilitas dan menjaga perdamaian.