Penulis
Intisari-Online.com -Warga Korea Utara menitikkan air mata ketika pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong-un, menangis saat memberikan pidato.
Kim begitu emosional dalam parade militer untuk memperingati 75 tahun Partai Buruh Korea, yang digelar pada Sabtu pekan lalu (10/10/2020).
Dalam parade yang dihelat di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, Kim secara tak terduga minta maaf tak bisa berbuat banyak "menyingkirkan kesulitan warganya".
Dia berkata, Korea Utara sudah menghadapi "cobaan yang tak terhitung", "tantangan berat", termasuk mencoba mengatasi virus corona.
Dalam video yang disiarkan kantor berita pemerintah, Kim Jong Un nampak melepas kacamatanya dan kemudian menyeka air maaf yang menetes.
"Rakyat kita sudah menggantungkan kepercayaan, setinggi langit, sedalam lautan, tapi saya gagal. Saya gagal mengangkat memuaskan kalian," kata dia.
"Untuk itu, saya minta maaf," lanjut pemimpin yang merupakan generasi ketiga Keluarga Kim itu, seperti dilansir Daily Mirror Senin (12/10/2020).
Namun pada analisismeragukan ketulusan permintaan maafKim tersebut.
Saat itu, Kim mengatakan bahwa warga Korea Utara telah menunjukkan "ketekunan yang luar biasa" hingga tahun 2020 sejauh ini.
Dia juga memuji penduduk negara itu atas cara mereka "dengan berani mengatasi kesulitan dan cobaan berat".
Namun, seorang analis mengatakan kesulitan yang diderita rakyat Korea Utara adalah "akibat langsung dari kebijakan Kim".
Melansir Express.co.uk, Senin (19/10/2020), David Maxwell, seorang spesialis Korea Utara untuk Yayasan Pertahanan Demokrasi, mengatakan kepada New York Post bahwa "semua uang dihabiskan untuk rudal dan persenjataan".
Korea Utara telah menghadapi banjir parah tahun ini, serta kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh pembatasan virus corona.
Selain itu, sanksi yang dijatuhkan kepada Korea Utara oleh negara lain membuat Korut mengalami penurunan ekspor secara dramatis selama beberapa tahun terakhir.
Laporan PBB baru-baru ini mengklaim ekspor turun dari $ 2,63 miliar pada 2016 menjadi hanya $ 200 juta pada 2018.
Selain itu, terlepas dari pidato Kim, para analis menyuarakan keprihatinan tentang situasi hak asasi manusia di negara tersebut.
Sean King, pakar Asia di Park Strategies, menuduh Kim menggunakan "air mata buaya dan permintaan maaf" dalam cara yang strategis.
Sementara itu, Greg Scarlatoiu, direktur eksekutif Komite Hak Asasi Manusia di Korea Utara, mengatakan Kim telah mengambil sikap "kemanusiaan rakyat".
Namun, dalam laporan PBB, direktur tersebut memperingatkan situasi di Korea Utara telah diperburuk oleh pandemi virus corona.
Laporan tersebut menambahkan: “Situasi hak asasi manusia di Republik Demokratik Rakyat Korea tetap sangat serius tanpa adanya tanda-tanda perbaikan atau kemajuan dalam memajukan keadilan dan pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia.
Baca Juga: Wah, Ternyata Akan Ada Hikmahnya Buat Indonesia Jika Biden Kalahkan Trump di Pilpres AS, Apa Itu?
“Penerapan sanksi yang meningkat mulai berdampak serius pada seluruh perekonomian negara, dengan konsekuensi yang merugikan pada pelaksanaan hak-hak ekonomi dan sosial rakyat.”
Ini juga menyoroti situasi militer di negara tersebut.
Laporan tersebut mencatat bahwa Korea Utara "belum melakukan uji coba nuklir sejak September 2017".
Namun tidak ada "perkembangan yang signifikan" dalam hal pembicaraan damai internasional atau kesepakatan untuk denuklirisasi.