Find Us On Social Media :

China Ancang-ancang Senjatai Pasukannya dengan Peralatan Tercanggih di Musim Dingin, Tapi Militer India Akan Tetap Lebih Unggul Jika Pertempuran di Perbatasan Terjadi Karena Hal Ini

By Tatik Ariyani, Sabtu, 10 Oktober 2020 | 08:43 WIB

Ilustrasi tentara China

Peralatan musim dingin baru pasukan China "mungkin tidak memberi mereka keuntungan dalam pertempuran di alam liar", karena tentara India lebih terbiasa dengan kondisi musim dingin yang ekstrim dalam peperangan di dataran tinggi, katanya.

"Di India, ada perasaan bahwa jika terjadi pertempuran di musim dingin, pasukan dapat menunjukkan pengalaman mereka," kata Singh. 

“Pasukan dataran tinggi kami (India) berlatih di ketinggian 9.000 kaki (2.700 meter) di Gulmarg, dibandingkan dengan pelatihan pasukan Tiongkok di 5.000 kaki di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.

“Ditambah apa yang membuat pasukan India percaya diri adalah bahwa mereka telah ditempatkan di Siachen (yang digambarkan sebagai medan perang tertinggi di dunia) selama 36 tahun terakhir. Pasukan China tidak memiliki pengalaman seperti itu. "

Tetapi Song mengatakan pelatihan di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet di ketinggian lebih dari 5.000 meter telah menjadi standar untuk persiapan peperangan di ketinggian PLA.

China bungkam tentang jumlah pasukannya di perbatasan, tetapi media pemerintah China melaporkan pelataran pesawat baru sedang dibangun dan beberapa rumah sakit di kota-kota Tibet disiapkan untuk kemungkinan adanya korban militer.

Sedang India bulan ini membuka terowongan gunung sekitar 150 km (93 mil) dari tempat pasukan China ditempatkan di perbatasan Tibet, membuat pengangkutan pasokan ke garis depan jauh lebih mudah.

Militer India, juga, telah mengangkut persediaan termasuk pakaian musim dingin khusus, tenda, makanan dan bahan bakar sehingga pasukan perbatasannya dapat bertahan dalam kondisi tersebut selama enam bulan ke depan, menurut laporan media India.

“Sulit bagi orang luar untuk membandingkan upaya logistik kedua belah pihak di perbatasan,” kata Drew Thompson, peneliti senior tamu di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura.

Thompson, mantan pejabat departemen pertahanan AS yang bertanggung jawab untuk mengelola hubungan dengan China, Taiwan, dan Mongolia, mengatakan itu karena India telah cukup transparan, sedangkan “kurang jelas persiapan apa yang telah dibuat oleh PLA, dan lebih sulit untuk memisahkan realitas dari propaganda China”.

Baca Juga: Bikin Anggota DPR Naik Pitam, Viral Gedungnya Mendadak Dijual di Toko Online Dengan Harga Tak Masuk Akal, Ternyata Gedung DPR yang Super Mewah itu Bukan Gedung Sembarangan