Bikin Risiko Kematian Naik Dua Kali Lipat, DNA Warisan 'Sepupu Manusia' Ini Bikin Komplikasi Covid-19 Makin Parah, Ada di Indonesia?

Ade S

Penulis

Sebuah potongan DNA yang diwarisi oleh 'sepupu manusia' telah terbukti membuat Covid-19 menjadi makin mematikan.

Intisari-Online.com -Sebuah potongan DNA yang diwarisi oleh 'sepupu manusia' telah terbukti membuat Covid-19 menjadi makin mematikan.

Tidak main-main, mereka yang mewarisi DNA ini lalu kemudian terinfeksi virus corona akan mengalami komplikasi sangat parah.

Bahkan, tingkat kematian pada pasien Covid-19 dengan DNA ini meningkat hingga 100% alias dua kali lipat.

DNA apakah yang dimaksud? Apakah manusia Indonesia banyak memilikinya?

Baca Juga: Lagi-lagi China Kena Batunya, China Dituduh Rencanakan Pembunuhan pada Presiden Donald Trump Hanya Gara-gara Positif Covid-19, Begini Kisahnya

Menurut studi terbaru yang terbit di jurnal Nature, pasien Covid-19 yang memiliki potongan DNA Neanderthal lebih berisiko mengalami komplikasi parah.

Potongan DNA Neanderthal masuk ke genom manusia sekitar 60.000 tahun lalu.

Nah, orang yang membawa kode genetik yang diwariskan sepupu manusia purba kita itu, tiga kali lebih mungkin membutuhkan perawatan dengan alat bantu pernapasan mekanis (mechanical ventilation).

Ada banyak alasan kenapa pasien Covid-19 membutuhan perawatan intensif sementara yang lain hanya memiliki gejala ringan atau tidak bergejala sama sekala.

Baca Juga: Miliki11.055 Kasus Kematian, Indonesia Tepati Urutan ke-3 dengan Jumlah Kematian Terbanyak di Asia, Hanya Kalah India dan Iran

Usia lanjut, pria, dan masalah medis yang sudah ada sebelumnya dapat meningkatkan gangguan yang lebih serius.

Namun, faktor genetik juga dapat berperan seperti yang dijelaskan dalam temuan baru yang terbit Rabu (7/9/2020).

"Sangat mengejutkan bahwa warisan genetik dari Neanderthal memiliki konsekuensi yang sangat parah dalam masa pandemi saat ini," kata rekan penulis Svante Paabo, direktur departemen genetika di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi.

Baca Juga: Bukan Hal Mengagetkan Jika Donald Trump Terinfeksi Covid-19, Ternyata Jauh Sebelum Itu Baba Vanga Pernah Meramalkan Kejadian Ini, Settingan Apa Kebetulan?

Seperti diberitakan AFP, Kamis (1/10/2020), penelitian terbaru oleh Covid-19 Host Genetics Iitiative mengungkap bahwa varian genetik di wilayah tertentu kromosom 3, yakni salah satu dari 23 kromosom dalam genom manusia dikaitkan dengan bentuk penyakit yang lebih parah.

Wilayah kromosom 3 tersebut diketahui menyimpan kode genetik dari Neanderthal.

Oleh sebab itu, Paabo dan rekan penuli Hugo Zeberg memutuskan mencari kaitan varian genetik tersebut dengan Covid-19.

Baca Juga: Sempat Jadi Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Asia Tenggara, Kini Kasus Harian di Singapura Hanya di Bawah 10, Malah 2 di Antaranya Berasal dari WNI

Terdistribusi tidak merata

Tim Paabo menemukan, Neanderthal dari Eropa selatan membawa segmen genetik yang hampir identik, mencakup sekitar 50.000 pasangan basa atau bahan penyusun utama DNA.

Menariknya, dua Neanderthal yang ditemukan di Siberia selatan bersama dengan spesies manusia purba lainnya yang juga berkeliaran di Eurasia, Denisovan, tidak membawa potongan petunjuk tersebut.

Baca Juga: Tuduh China 'Infeksi Dunia', Warga Negeri Panda Berduyun-duyun EjekTrump Pasca Terinfeksi Covid-19, Bahkan Sebut Kejadian Itu Bak 'Hadiah Hari Nasional'

Para peneliti menyimpulkan, manusia modern dan Neanderthal mungkin mewarisi fragmen gen dari nenek moyang yang sama sekitar setengah juta tahun lalu, tapi jauh lebih mungkin untuk memasukin kumpulan gen Homo sapiens melalui kawing silang.

Studi mereka menunjukkan, potongan DNA Neanderthal yang berpotensi berbahaya tidak terdistribusi secara merata saat ini di seluruh dunia.

Hanya sekitar 16 persen orang Eropa yang memilikinya dan sekitar setengah populasi di seluruh Asia Selatan, dengan proporsi tertinggi 63 persen ditemukan di Bangladesh.

Baca Juga: Ada Catatan Aneh Dibagikan, Kondisi Trump Setelah Positif Covid-19 Bocor, Disebut 'Sangat Mengkhawatirkan'

Para peneliti berspekulasi, data ini dapat membantu menjelaskan mengapa individu keturunan Bangladesh yang tinggal di Inggris dua kali lebih mungkin meninggal akibat Covid-19 daripada populasi umum.

Di Asia Timur dan Afrika varian gen hampir tidak ada.

Sementara itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar dua persen DNA pada orang non-Afrika di seluruh dunia berasal dari Neanderthal, penelitian sebelumnya telah menunjukkan.

Sisa-sisa Denisovan juga tersebar luas tetapi lebih sporadis, terdiri dari kurang dari satu persen DNA di antara orang Asia dan Pribumi Amerika, dan sekitar lima persen orang Aborigin Australia dan orang Papua Niugini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DNA dari Neanderthal Bikin Covid-19 Lebih Parah, Kok Bisa?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/04/180100023/dna-dari-neanderthal-bikin-covid-19-lebih-parah-kok-bisa-?page=all#page3.

Artikel Terkait