Intisari-Online.com - Indonesia tampaknya hanya memiliki sejumlah kecil mineral yang dapat dimanfaatkan untuk segala hal mulai dari ponsel cerdas hingga sistem pertahanan dan kedirgantaraan berteknologi tinggi.
Dilansir dari Asia Times, Rabu (9/9/2020), potensi harta karun dari masa lalu mungkin akan segera menjadi hal besar berikutnya dalam penambangan Indonesia.
Tetapi sebagian besar ineral ini terkurung dalam limbah batuan, atau tailing, yang tersisa dari penambangan timah selama berabad-abad di pulau Bangka dan Belitung.
Meskipun studi pendahuluan menunjukkan pasir timah milik negara PT Tambang Timah mengandung 13 dari 17 unsur kimia dalam tabel periodik yang ada di rare earth, penyelidikan lebih lanjut akan dilakukan untuk menentukan apakah ada dalam jumlah komersial.
Jika ya, itu akan menjadikan Indonesia pemain dalam industri yang dengan cepat menjadi titik api perang perdagangan baru antara Amerika Serikat dan China karena signifikansi strategisnya bagi berbagai teknologi sipil dan militer, termasuk laser dan peluru kendali presisi.
China saat ini mengontrol 80% perdagangan logam rare earth di dunia dan mungkin dapat memblokir akses AS sebagai pembalasan atas sanksi Washington di masa depan terhadap barang-barang buatan China.
Dengan cadangan terbukti 327.500 ton, Timah masih memproduksi sekitar 30.000 ton timah per tahun dari konsesi lepas pantai-darat seluas 512.369 hektare.
Perusahaan swasta lainnya menambahkan 40.000 ton, menjadikan Indonesia produsen timah terbesar di dunia.