Menguak Betapa Kayanya Laut Natuna, Sampai Buat Negara Tetangga dan China Tergiur dan Cemburu Dengan Indonesia, Ini Harta Karun yang Ada

May N

Penulis

Tak hanya stok migas, keanekaragaman yang masih tersimpan dengan aman di Laut Natuna adalah kunci mengapa banyak yang tergiur

Intisari-online.com -Sepanjang tahun 2020 ini banyak sekali insiden masuknya kapal-kapal nelayan asal China yang dikawal kapal coast guard terdeteksi masuk ke perairan Natuna secara ilegal.

Masuknya kapal-kapal Negeri Tirai Bambu di Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia membuat berang pihak Indonesia.

Pemerintah sendiri, lewat Kementerian Luar Negeri, telah mengirim nota protes resmi dan memanggil Dubes China untuk Indonesia di Jakarta April lalu.

Dilansir dari Harian Kompas, 23 Juli 2016, Haposan Napitupulu, mantan Deputi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas, menjabarkan kalau laut Natuna memiliki cadangan minyak dan gas ( migas) yang sangat besar.

Baca Juga: Layanan Streaming Video TrueID, Bisa Nonton Film Indonesia dan Thailand Legal dan Gratis

Salah satu blok migas di Natuna yang cadangannya sangat besar lapangan gas Natuna D-Alpha dan lapangan gas Dara yang kegiatan eksplorasinya telah dilakukan sejak akhir 1960-an.

Ketika itu salah satu perusahaan migas Italia, Agip, melakukan survei seismik laut yang ditindaklanjuti dengan melakukan 31 pengeboran eksplorasi.

Kegiatan in berhasil menemukan cadangan migas terbesar sepanjang 130 tahun sejarah permigasan Indonesia dengan cadangan gas 222 triliun kaki kubik (TCF) dan 310 juta bbl minyak, dengan luas 25 x 15 km2 serta tebal batuan reservoir lebih dari 1.500 meter.

Namun, sayangnya, hingga ditemukan pada 1973, lapangan gas D-Alpha ini belum dapat dieksploitasi karena membutuhkan biaya yang tinggi disebabkan kandungan gas CO2-nya yang mencapai 72 persen.

Baca Juga: Covid Hari Ini 24 September 2020: Bisnis Penerbangan Makin Ambyar Karena Pandemi, Ini Upaya Pemerintah Menyelamatkannya

Pada 1980, pengelolaan blok ini digantikan oleh Esso dan Pertamina.

Esso kemudian bergabung dengan Mobil Oil menjadi ExxonMobil dan telah menghabiskan biaya sekitar 400 juta dollar AS untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan kajian pengembangan lapangan.

Namun, tetap saja lapangan gas ini belum berhasil dieksploitasi.

Saat ini ada 13 perusahaan migas, dua di antaranya perusahaan migas nasional, melakukan kegiatan operasi perminyakan di Laut Natuna.

Baca Juga: Iseng Ganti Menu Sarapan Jadi Jus Seledri Selama Seminggu, Wanita Ini Rasakan Perubahan Drastis di Tubuhnya

Enam blok di antaranya telah dan akan berproduksi. Tujuh blok lainnya masih dalam tahap eksplorasi.

Keempat blok produksi di Laut Natuna ini masing-masing adalah ConocoPhillips, Premier Oil, Star Energy, dan TAC PAN (Pertamina) dengan total produksi migas yaitu produksi minyak 25.000 bbl per hari, produksi gas 491 juta kaki kubik per hari serta produksi LPG sejumlah 19.000 ton per tahun.

Produksi gas dari blok-blok produksi di Laut Natuna sebagian besar disalurkan ke Malaysia dan Singapura.

Kontraknya masih berlanjut sampai 2021-2022.

Baca Juga: Gemparkan Dunia, Tiongkok Tiba-tiba Kerahkan 300 Kapal Ke Perairan Peru dan Ekuador, Dalam Sekejap Pantai Amerika Selatan Tegang

Jika telah selesai pembangunan jalur pipa ke Batam, sebagian gas bumi berjumlah sekitar 40 juta kaki kubik per hari akan disalurkan ke Pulau Batam yang akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Gas bumi dari lapangan Belanak di Indonesia disalurkan ke Lapangan Duyong, Malaysia, melalui jalur pipa laut sepanjang 98 kilometer yang kemudian dipipakan ke Kertih di pantai timur semenanjung untuk diolah di industri petrokimia.

Ironisnya, sebagian produk petrokimianya itu diekspor ke Indonesia.

Klaim China di Laut China Selatan, tepatnya terhadap Laut Natuna, Indonesia, seharusnya memicu pemerintah menggalakkan kegiatan operasi migas di wilayah ini.

Baca Juga: Amerika Tidak Lebay, Huawei Memang Jauh Lebih Berbahaya dari yang Kita Duga, Akar Masalahnya Ada di Partai Komunis China

Apalagi kegiatan ini telah berlangsung lebih dari 50 tahun, khususnya pengembangan lapangan gas D-Alpha yang sejak ditemukan pada 1973 dan lapangan gas Dara yang ditemukan pada 2000 hingga saat ini belum berhasil dieksploitasi.

(Muhammad Idris)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Klaim China dan 'Harta Karun' Menggiurkan di Laut Natuna"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait