Advertorial
Intisari-online.com - Timor Lesta saat ini memang tercatat sebagai negara termiskin di dunia.
Menurut catatan PBB Timor Leste menempati urutan ke 152 dari 162 negara termiskin di dunia.
Semantera itu, diperkirakan negara itu terus mengalami penurunan finansial, akibat sumber daya minyaknya yang terus berkurang.
Melansir Rnz.co.nz, media berbasis di New Zeland mengatakan, Timor Leste bisa saja kehabisan uang akibat penurunan industri minyak dan pengeluaran yang berlebihan.
Timor Leste sebelumnya merupakan negara yang berhasil memerdekakan diri dari Indonesia setelah dibantu Australia dan Selandia Baru.
Namun, menurut laporan media Rnz, negara tersebut berisiko mengalami keruntuhan ekonomi, setelah beberapa tahun berdiri.
Timor Leste awalnya adalah daerah bekas jajahan Portugis, kemudian dianeksasai Indonesia selama 24 tahun.
Namun, negara itu ngotot ingin merdeka sehingga melakukan aksi pemberontakan, dan berakhir dengan intervensi senjata.
Timor Leste berperang sengit dengan Indonesia, dibantu Australia dan Selandia Baru.
Namun, sejak merdeka negara itu dikatakan tidak pernah memiliki status ekonomi yang layak sebagai sebuah negara.
Negara itu hanya bergantung pada kopi yang mereka tanam dan sumber pendapatan terbesar berasal dari ladang minyak Bayu-Undan dan Kitan.
Perusahaan minyak itu melakukan pengeboran di ladang minyak tersebut, lalu mebayar royalti kepada pemerintah Timor Leste.
Lalu, uang tersebut masuk ke dana minyak khusus.
Namun, dokumen Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru, menunjukkan dana ini sangat berbahaya.
Ladang minyak yang dibanggakan Timor Leste itu memiliki sumber daya yang makin menipis, dan membuat perusahaan minyak itu juga mengurangi bayaran royalti.
Selain itu, pemerintah Timor Leste juga dinilai jor-joran dalam membelanjakan uang tersebut, daripada dana yang dihasilkan dari royalti tersebut.
"Lebih dari 75 persen sumber daya di ladang Bayu-Undan dan Kitan telah habis," kata dokumen kementerian itu.
"Sejak 2012, pendapatan minyak dan gas menurun, tahun 2014 pendapatan minyak dan gas memberikan 40 persen lebih rendah kepada Timor Leste dibandingkan 2013," katanya.
Pada tahun 2014, dana minyak bumi itu menyumbang 93 persen dari total pendapatan negara, tetapi pemerintah membelanjakan dua kali pendapatan sebenarnya dari dana tersebut setiap tahun sejak 2008," jelasnya.
Hal itu membuat Timor Leste menuai banyak kritikan termasuk dari LSM Timor Leste, La'o Hamutuk.
Dia mengatakan, "total cadangan minyak dan gas hanya cukup untuk mendukung setengah dari tingkat belanja negara saat ini."
"Ini bisa mengosongkan Dana Perminyakan pada awal 2022," imbuhnya.
Duta Besar Timor Leste untuk Selandia Baru, Cristiano da Costa setuju dan mengatakan ini adalah masalah serius.
Terlepas dari masalah itu, anggaran negara Timor Leste hanya memiliki potongan kecil 1,5 persen.
Menurut Al Jazeera, cadangan minyak yang jadi pabrik uang Timor Leste diperkirakan akan kering tahun 2022 dan jika tidak ada penggantinya tahun 2027 negara itu bisa bangkrut.
"Ini adalah situasi yang menantang," kata da Costa.
"Kami harus mendorong elit penguasa Timor Leste untuk berpikir menangani situasi ini dengan cepat, jika tidak ini akan berkelanjutan," imbuhnya.
"Kami harus melakukannya sekarang, jika tidak kami mungkin akan kehabisan uang dalam beberapa tahun mendatang," paparnya.
Faktor terumitnya adalah ladang minyak ketiga Greater Sunrise, sebenarnya bisa membantu Timor Leste.
Tetapi daerah itu dalam sengekta komersial dan yuridiksi dengan Australia.