Mereka hanya sesekali diberikan jatah tentara. Saat itulah mereka sangat bergantung pada bantuan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Tapi malang bagi rakyat Timor Portugis karena di sisi lain, tentara Kekaisaran Jepang juga mengikuti prinsip 'pengadaan lokal', yang lebih sering berarti permintaan paksa dan penjarahan.
Di masa itu, Jepang dan Australia masing-masing menghancurkan desa-desa dan menghancurkan tanaman dan simpanan makanan penduduk asli Timor, sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan strategis dalam Pertempuran Timor.
Orang Timor juga berdagang dengan tentara Australia, yang membayar makanan mereka dengan koin yang kebanyakan dihargai karena 'nilai ornamen'.
Ada pula cerita tentang 'penduduk asli' yang muncul tanpa diminta dari hutan membawa pisang, makan dengan pendeta Portugis setempat dan 'gadis-gadis' Timor yang hanya berpakaian rok rumput membawa air untuk tentara.
Meski orang Timor juga terkadang enggan menjual makanannya, yang diartikan sebagai tidak ramah dalam salah satu sejarah.