Penulis
Intisari-Online.com - Israel beberapa waktu lalu mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA).
Pertemuan yang juga dihadiri delegasi Amerika Serikat (AS) tersebut pun mendapat reaksi keras dari musuh Israel, seperti Palestina dan Iran.
Bahkan, otoritas Palestina meminta negara-negara Arab untuk menolak perjanjian tersebut.
Mengutip Jerusalem Post, rancangan resolusi Palestina yang mengecam normalisasi Israel-UEA diajukan ke pertemuan para menteri luar negeri Liga Arab.
Baca Juga: Setelah UEA, Kini Bahrain Damai dengan Israel, Iran: Memalukan
Namun, hasilnya Liga Arab menolak permintaan Palestina.
Rupanya, penolakan lain terjadi di Amerika Serikat, yang justru datang dari sejumlah orang Israel.
Berbeda dengan penolakan Palestina, orang-orang Israel ini menyebut kesepakatan itu tidak sah berkaitan dengan ketidakcocokan mereka terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Melansir Jerusalem Post (12/9/2020), para pengunjuk rasa ingin menunjukkan bahwa acara tersebut tidak sah, karena seorang perdana menteri dengan tuduhan kriminal menandatangani perjanjian tersebut.
Sejumlah orang Israel yang tinggal di berbagai kota di seluruh AS berkumpul di Washington, ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tiba untuk menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, N12 melaporkan.
"Kami datang bersama-sama dari seluruh Amerika Serikat dan dunia untuk menegaskan kembali bahwa seorang perdana menteri yang dituduh melakukan kejahatan tidak dapat melanjutkan jabatannya," bunyi rilis dari para pengunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa berkumpul, memegang berbagai atribut.
Mereka menunjukkan bahwa meskipun mereka mendukung normalisasi hubungan dengan UEA, namun mereka masih enggan untuk mendukung penandatanganan perjanjian yang sebenarnya, N12 maporkan.
Para pengunjuk rasa ingin menyampaikan pesan kepada seluruh dunia bahwa acara tersebut tidak sah karena perdana menteri yang menandatangani perjanjian itu menjabat sementara ia dituduh melakukan kejahatan dan mempertaruhkan status Israel sebagai negara demokratis.
"Meskipun kami mendukung perjanjian perdamaian dengan UEA, tidak mungkin perdana menteri membuat keputusan politik dengan negara lain sendiri tanpa berkonsultasi dengan pejabat pemerintah lainnya, dan tanpa persetujuan pemerintah atau Knesset," bunyi rilis tersebut. .
Para demonstran adalah anggota gerakan protes UnXeptable yang didirikan oleh para aktivis di San Francisco, yang telah berkembang memiliki lebih dari 20 lokasi di seluruh dunia.
Anggota gerakan tersebut berdemonstrasi setiap minggu dalam solidaritas lintas benua dengan demonstrasi di Israel di Kediaman Perdana Menteri di Balfour Street, menyerukan kepada Netanyahu untuk mengundurkan diri karena tuduhan kriminalnya.
Baca Juga: Tanpa Repot-repot Lepaskan Tembakan, Begini Cara Jet Tempur F-35 Hancurkan Musuh
Para pengunjuk rasa memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kerusakan sistematis yang Netanyahu timbulkan kepada Israel, demokrasi dan nilai-nilainya.
Diketahui Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tengah tersangkut kasus dugaan korupsi.
Pada Agustus kemarin, Kepolisian Israel kembali menginterogasi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkait penyelidikan kasus tersebut.
Sementara itu, Benjamin Netanyahu membantah tuduhan tersebut dan menegaskan tidak berniat untuk mengundurkan diri.
Selain itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belakangan juga harus menghadapi kemarahan warga Israel akibat memburuknya Covid-19 di negara tersebut.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari