Itu akan membuat sebagian besar China dan sebagian besar Timur Jauh Rusia berada dalam jangkauan.
“Jepang mungkin bisa memiliki kemampuan menyerang dalam 5 tahun,” kata Kawano.
“Paket serangan penuh termasuk satelit penargetan dan komponen peperangan elektronik, bagaimanapun, akan jauh lebih mahal dan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk mendapatkannya,” tambahnya.
Sementara ini, Jepang harus bergantung pada Amerika Serikat untuk intelijen dan pengawasan militer.
Politik
Untuk memajukan proposal, pemerintah berikutnya perlu menyelesaikan strategi pertahanan yang direvisi dan rencana pengadaan jangka menengah pada akhir Desember, sebelum kementerian pertahanan mengajukan permintaan anggaran tahunannya.
Hal itu dapat menemui perlawanan dari mitra koalisi LDP, Komeito yang didukung Buddha, yang khawatir langkah seperti itu akan memusuhi China dan mengancam konstitusi Jepang yang menolak perang.
“Itu bisa memicu perlombaan senjata dan meningkatkan ketegangan."
"Secara teknis akan sulit dan akan membutuhkan investasi besar,” kata pemimpin Komeito Natsuo Yamaguchi dalam sebuah wawancara.
"Ini adalah sesuatu yang harus dipikirkan dengan serius di bawah Perdana Menteri yang baru," ucap Yamaguchi.
Bahkan beberapa pakar keamanan LDP, termasuk salah satu saingan kepemimpinan Suga, mantan menteri pertahanan Shigeru Ishiba, melihat potensi kerugian untuk memperoleh rudal jelajah jarak jauh.
“Apa yang terjadi, jika Amerika Serikat meminta Jepang untuk menyerang mereka (China), dan kita tidak mau?” tanyanya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Respons Aktivitas Agresif Militer China, Jepang Ubah Arah Kebijakan Serangan Darat"