Find Us On Social Media :

Iwan Gayo Buru 400 Kg Emas yang Dipinjam Soekarno dari Saudagar Aceh, Ini Bukti Cek Dikeluarkan BNI, Ahli Waris Sudah Sepakat dan Dia Yakin Utang Ini Bisa Dibayar

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 10 September 2020 | 16:42 WIB

Iwan Gayo dan bukti cek pinjaman 400 Kg emas yang dipinjam Pemerintah RI di masa Soekarno.

Intisari-Online.com - HM Iwan Gayo, penulis buku pintar asal Aceh segera menelusuri keberadaan 400 kilogram emas milik Lebe Ali.

Yakni seorang pengusaha atau saudagar asal Rempelam, Kecamatan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues (Galus) yang dipinjam Pemerintah RI pada masa Presiden Soekarno berkuasa.

Emas itu diberikan melalui seorang anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1941 di Takengon, Aceh Tengah.

Iwan Gayo dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Serambinews.com, Senin (7/9/2020) menyebutkan, ia akan terus memburu keberadaan pinjaman 400 Kg emas tersebut seizin ahli waris di antaranya Drs Ramli S yang merupakan mantan Sekda Kabupaten Gayo Lues.

Baca Juga: Dijuluki Raja dengan Istri Terbanyak di Dunia, Inilah Raja Moulay Ismail, Punya 500 Istri Berhubungan Badan Setiap Malam Selama 32 Tahun, Jumlah Anaknya Mencengangkan

Iwan menerangkan ahli waris telah sepakat memberi kuasa kepadanya untuk mengurus pinjaman Seokarno tersebut sampai tuntas.

"Pinjaman tersebut berupa cek senilai 400 Kg emas sesuai dengan bukti cek yang dikeluarkan Bank Negara Indonesia (BNI) tertanggal 30 Juni 1941," sebutnya.

Menurut Iwan, dirinya sangat yakin utang piutang ini bisa diselesaikan, karena Jokowi menyebutkan pada saat peresmian Bandara Rembele Bener Meriah, bahwa Tanoh Gayo merupakan rumah keduanya di Indonesia.

"Karena kedekatan itu, saya yakin Pemerintah mendukung penyelesaian persoalan utang piutang itu," tulisnya.

Baca Juga: Saking Mengerikannya, Kisah Tragis Junko Furuta yang Dibunuh Setelah Dirudapaksa 44 Hari Sampai Diadaptasi Jadi Anime dan Manga

Dia menambahkan, dalam penyerahan cek emas tersebut akan dilakukan secara adat sebagai bukti penobatan masyarakat kepada Jokowi sebagai Putra Gayo.

"Diharapkan pemerintah Kabupaten wilayah dataran tinggi Gayo (Gayo Lues, Bener Meriah, Aceh Tengah dan Aceh Tenggara), agar memberikan dukungan penuh atas usaha ini," tegasnya.

Sementara itu secara terpisah ahli waris Lebe Ali, Drs Ramli S saat dihubungi membenarkan telah menyerahkan kuasa kepada H M Iwan Gayo untuk pengurusan pinjaman berupa emas tersebut.

Bupati Gayo Lues M Amru melalui Kabag Humas Sekdakab Drs Bunyamin mengatakan Pemkab Galus akan memberikandukungan sepenuh atas usaha tersebut dengan harapan kepada penerima kuasa Iwan Gayo agar dapat melengkapi semua dokumen yang dibutuhkan.

Baca Juga: Bukan Hanya Buah dan Sayur untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Guna Demi Cegah Paparan Covid-19, Ini Makanan Lain yang Bisa Dikonsumsi

"Ini merupakan salah satu upaya yang sedang dilakukan oleh seorang putra Gayo untuk menyelesaikan utang piutang dengan pemerintah pusat itu," sebutnya.

Sumbang 28 Kg Emas

Sementara itu ada seorang saudagar dan pengusaha kaya raya asal Aceh yang juga tercatat namanya dalam daftar penyumbang emas untuk Pemerintah RI.

Pengusaha asal Aceh itu bernama Teuku Markam, yang rela menyumbang sampai 28 kilogram emas saat awal pembangunan Monas.

Baca Juga: Dikenal Diktator Suka Bikin Rakyatnya Sengsara, Terungkap Tindakan Kim Jong Un ini Bela Rakyatnya, Pejabat yang Tak Patuhi Aturan Urus Rakyat Kena Musibah Langsung Dipecat

Monas dibangun tahun 1961 dan dalam sejarahnya merupakan proyek kebanggaan Presiden Soekarno.

Pembangunan Tugu Nasional ini dimaksudkan demi kebesaran Bangsa Indonesia. Saat itu selain Monas, Soekarno juga membangun proyek-proyek mercusuar seperti Hotel Indonesia, pusat perbelanjaan Sarinah, hingga Gelora Olahraga Senayan (GBK).

Diberitakan Harian Kompas, 17 April 2019, Pembangunan Monas bahkan sempat terbengkalai pada 1966-1972 karena pasang surut politik setelah peralihan kekuasaan ke rezim Orde Baru.

Pada 1972, tercatat total biaya pembangunan Tugu Monas mencapai Rp 358.328.107,57.

Baca Juga: Kebrutalan Meningkat, China Serius Pertimbangkan Potong Akses Obat-obatan Untuk AS, 'Berani Beri Kami Lebih Banyak Sanksi Maka Kami Potong Ekspor Obat!'

Anggaran yang cukup besar untuk proyek Monas memaksa Soekarno mencari para dermawan dari penjuru Tanah Air.

Salah satu bagian paling menarik dari Monas adalah emasnya yang berbobot lebih 30 kilogram.

Seorang pengusaha asal Aceh, Teuku Markam, rela menyumbang sampai 28 kilogram emas saat awal pembangunan Monas.

Pada puncak bangunan yang menjulang setinggi 132 meter, terdapat nyala obor yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan dilapisi emas murni seberat 35 kilogram (yang kini menjadi 50 kilogram).

Baca Juga: Dimusuhi Banyak Negara, China Makin 'Mesra' dengan Korea Utara, Lakukan Hal Ini saat Negara Pimpinan Kim Jong-un Kewalahan Hadapi Krisis

Uang patungan proyek Monas lainnya berasal dari sumbangan wajib pengusaha bioskop dari seluruh pelosok Tanah Air.

Sepanjang November 1961-Januari 1962 tercatat 15 bioskop menyumbang Rp 49.193.200,01.

Bioskop Parepare, Sulawesi Selatan, misalnya, menyumbang Rp 7.700,60; bioskop Watampone, Sulawesi Selatan, Rp 1.364,20; dan bioskop Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rp 884.528,85.

Teuku Markam merupakan keturunan Uleebalang yang lahir tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara dan dinamai Teuku Marhaban.

Baca Juga: Video Rekaman Bocor! China Tak Bisa Berkilah Lagi Bentrokan Tentara India dan China Lakukan Baku Hantam Sudah Menyebar Media China Beri Konfirmasi, Ini Videonya!

Teuku Markam sendiri sudah lama dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan Soekarno.

Dia pernah berdinas di militer sebelum kemudian banting setir menjadi saudagar karena merasa tak cocok dengan dinas militer.

Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.

Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Markam. Markam juga tercatat sebagai eksportir pertama mobil Toyota hardtop dari Jepang.

Dengan berbagai macam bisnis itu ia bisa menjadi sangat kaya.

Saking kayanya, Markam sempat membangun infrastruktur di aceh seperti membangun jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh dan Tapaktuan.

Ia juga disebut-sebut memiliki beberapa dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan dan Palembang.

Baca Juga: Sering Dilakukan, Menyimpan Daging Ayam Mentah di Kulkas dengan Cara Ini Ternyata Salah, Hentikan Segera Jika Tak Ingin Seisi Kulkas Kena Dampaknya

Dalam sejumlah sumber disebutkan Monas diresmikan pada 12 Juli 1975.

Namun, dari penelusuran pemberitaan dan dokumen, tak ada acara peresmian Monas.

Kawasan Monas dibuka untuk umum melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin Nomor Cb.11/1/57/72 tanggal 18 Maret 1972.

Kubah anggun Masjid Istiqlal berdampingan dengan menara Katedral Jakarta menjadi latar belakang bagian barat Monas.

Latar itu seakan membingkai semangat persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika, tepat di ruang pusat kekuasaan.

Selain menyumbang emas, Teuku Markam juga ikut andil dalam pembebasan lahan Senayan untuk menjadi pusat olah raga.

Ia juga ikut membiayai berbagai macam yang terkait dalam melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda, serta ikut mensukseskan KTT Asia Afrika.

Baca Juga: Ini Rupanya Trik yang Dipakai Para Pedagang, Simpan Tahu Agar Tidak Asam dan Awet Berhari-hari, Gampang Banget Loh…

Namun karena kedekatannya dengan Soekarno pula yang membuat nasibnya berubah drastis di era Presiden Soeharto.

Markam diciduk dan dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan terlibat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ia juga dianggap sebagai kaum penyembah Soekarno dan akhirnya Teuku Markam dijebloskan ke penjara pada tahun 1966.

Penderitaannya bukan hanya mendekam di penjara.

Perusahaan miliknya diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari (Persero).

Yang lebih ironis, tak ada harta sedikitpun yang disisakan untuk keluarga dan anak- anaknya.

Selepas dari penjara, hidup Teuku Markam tak kunjung membaik.

Ia juga sering mendapat hinaan dari orang-orang karena dianggap sebagai antek PKI. Bahkan, sampai ia tutup usia.(*)

Baca Juga: Tolak Pinangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sutan Syahrir, hingga Soekarno, Ini Sosok Gusti Nurul Gadis Kraton Solo yang pada 1937 'Moncer' Masuk Majalah AS

 

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Iwan Gayo Buru 400 Kg Emas yang Dipinjam Soekarno dari Saudagar Aceh, Ini Bukti Cek Dikeluarkan BNI