Find Us On Social Media :

Dari Pencuri Batu Nisan hingga Menjadi Raja Kokain! Trending Gembong Narkoba 'Pablo Escobar' di Twitter, Seperti Apa Kisah Hidupnya?

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 8 September 2020 | 07:00 WIB

Pablo Escobar

Intisari-Online.com - Kata "Pablo Escobar" menjadi trending di Twitter pada Senin (7/9/2020).

Nama ini setidaknya dicuitkan oleh pengguna Twitter lebih dari 5.100 kali.

Salah satu pemicunya adalah video upaya penyelundupan narkoba di Lapas Kelas IIB Mojokerto, Jawa Timur awal Januari 2020 lalu.

Dalam video yang diunggah akun @captmor tersebut terlihat puluhan narkoba berupa pil koplo diselundupkan melalui sayur lodeh.

Baca Juga: Dari Diusir dari Liga Arab Hingga Presidennya Terbunuh, Deklarasi Damai Negara Ini dengan Israel Ternyata Terjadi Lewat Campur Tangan Orang Indonesia Ini

Video itu tayang sebanyak 1,2 juta kali, diretweet 22.600 kali dan dibukai 51.000 kali.

 

Warganet menghubungkan upaya penyelundupan itu dengan gembong narkoba Pablo Escobar.

Siapa Pablo Escobar?

Baca Juga: Peduli Tubuhmu; Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin K, Masalah Jantung!

Mengutip Harian Kompas 4 Desember 1993, Pablo Escobar memiliki nama lengkap Pablo Emilio Escobar Gaviria.

Pria kelahiran Kolombia 1 Desember 1949 ini mula-mula adalah buruh tani.

Karier kejahatannya dimulai sebagai pencuri batu nisan dari kuburan.

Badannya yang pendek-gemuk-kekar nampaknya cocok untuk pekerjaan itu.

Baca Juga: Covid Hari Ini 7 September 2020: Bertambah 2.880, Kini Ada 196.989 Kasus Covid-19 di Indonesia, Tercatat Sangat Tinggi!

Namun baru tahun 1973 -di saat usia 24 tahun- namanya baru tercatat dalam daftar polisi: sebagai pencuri mobil.

Dua tahun kemudian Escobar mulai dikenal sebagai pembunuh bayaran dan ia ditangkap karena memiliki 39 kg kokain.

Namun dalam kejahatan- kejahatan itu Escobar berhasil lolos.

Alasannya sederhana: semua saksi meninggal.

Baca Juga: Ngeri, Pedagang Mi di Restoran Ini Sajikan Daging Manusia sebagai Topingnya, Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Jika Kita Konsumsi Daging Manusia?

Teknik membunuh saksi ini ternyata merupakan ciri khusus operasi perdagangan obat bius Kolumbia saat itu.

Secara sistematis para pengedar obat bius membunuh para jaksa yang terlalu lurus, para polisi yang terlalu getol menyidik, para saksi yang terlalu banyak tahu, serta para wartawan yang terlalu banyak bertanya.

Raja kokain

Dalam suasana macam itu, Escobar kemudian menjadi raja kokain terbesar di akhir dasawarsa 1970.

Baca Juga: Ketika 200 Negara Pontang-panting Hadapi Pandemi Covid-19, Justru Pariwisata China Berkembang Pesat, Seolah-olah Tak Pernah Ada Pandemi Mematikan

Ia memiliki "pasukan khusus" dan beberapa jalur istimewa penyaluran obat bius ke AS.

DEA menempatkannya sebagai burunan nomor satu.

Di dalam negeri Escobar sangat populer, khususnya di kalangan kelompok miskin Medellin.

Banyak keuntungan perdagangan obat biusnya disumbangkan untuk kelompok itu.

Baca Juga: Berenang Meliuk-liuk Seperti Monster Ular Raksasa, 'Makhluk' yang Panjangnya Diperkirakan 20 Meter Ini Sempat Muncul ke Permukaan Sungai, Apa Sebenarnya?

Escobar sendiri hidup sangat sederhana, dengan mobil Reanult tua, selalu memakai baju kaus dan sepatu tenis, tapi juga memiliki arloji Rolex bertaburan intan.

Sebuah LSM untuk orang miskin dan sebuah koran diterbitkannya di Medellin.

Anak-anak diberinya tempat bermain.

Dan stadion sepak bola diberi lampu penerangan. Puncak kepopulerannya terjadi ketika ia membangun sebuah "kota" dengan 200 rumah bagi para gelandangan.

Baca Juga: Bukan 1, Tapi Ini 5 Titik di Mana Perang Dunia 3 Kemungkinan Besar Akan Pecah di Tahun 2020, Ada yang Sudah Deklarasi Perang hingga Siapkan Nuklir

Mereka menyebut namanya dengan hormat: Don Pablo, dan koran lokal menyebutnya sebagai "Robin Hood," tokoh perampok dermawan.

Guna memberi kerangka kedermawanannya itu, Escobar memasuki kancah politik meniru raja kokain sebelumnyam, Carlos Lehder, yang membentuk parpol, Partido Latino Nacional yang beraliran fasisme.

Namun Don Pablo ini lebih pintar.

Ia bergabung dengan partai besar, Partido Liberal, dan pada tahun 1982 menjadi wakil pengganti wilayah Bogota.

Kedudukan sebagai anggota parlemen ini membuat Escobar mendapat kekebalan hukum.

Padahal di saat itu asetnya diperkirakan sudah bernilai dua miliar dollar AS.

Baca Juga: Tan Malaka: Bapak Revolusi yang Sunyi Ini Menolak Permintaan Bung Karno yang Satu Ini, Padahal Konsep Negara Indonesia Lahir di Tangannya yang 'Dingin'

Awal dasawarsa 1980 memang merupakan masa keemasan perdagangan obat bius Kolumbia dengan dua kartel yang tidak saling bersaing.

Escobar menguasai kartel Medellin yang memonopoli jalur perdagangan kokain di Florida.

Sedangkan yang lainnya berpusat di kota Cali di Tenggara, yang menguasai perdagangan di New York dan California.

Titik balik

Zaman keemasan kartel perdagangan obat bius Kolumbia kemudian berubah pada tahun 1983.

Tokohnya adalah Menteri Kehakiman Rodrigo Lara Bonilla, dan penerbit surat kabar berpengaruh dari Bogota El Espectador, Guillermo Cano.

Cano mengorek sejarah masa lalu Escobar.

Baca Juga: Pemimpin Uni Emirat Arab Harusnya Waspada, Nyawa Presiden Negara Ini Berakhir di Tangan Tentaranya Sendiri Setelah Berani Nyatakan Damai dengan Israel

Sedangkan Bonilla terus menerus menekan raja kokain itu secara hukum dan politik.

Partido Liberal dipaksa memecat Escobar.

Setelah kekebalan hukumnya sebagai anggota parlemen dicabut, Escobar dinyatakan sebagai pengedar obat bius terbesar Kolumbia.

Dengan ini maka ia bisa diekstradisi ke AS guna diadili.

AS memang menjadi momok bagi setiap pengedar obat bius.

Di negeri itu, mereka tidak akan bisa membunuh, mengancam dan menyuap hakim, polisi, saksi, dan para pegawai penjara. Reaksi Escobar sangat khas.

Pembalasan kejam dan langsung. Bulan April 1984, Bonilla dibunuh.

Tiga tahun kemudian, Desember 1987, Cano juga dihabisi.

Tidak merasa cukup, kartel Medellin itu kemudian membentuk sebuah kelompok pembunuh paramiliter, yang dilatih Israel dan tentara bayaran Inggris.

Sejak tahun 1984, pelbagai pembunuhan, peledakan mobil, serta pembantaian rakyat -semuanya dilakukan kelompok Medellin- menjadi peristiwa sehari-hari di Kolombia.

Namun teror dan kejahatan Escobar itu tidak bertahan lama.

Baca Juga: Heboh! Beredar Video Perubahan Drastis Wanita yang Menikah dengan Ahli Bedah Gigi, Tapi Ini Fakta di Baliknya yang Bikin Emosi, Apa yang Terjadi Sebenarnya?

Perang melawan obat bius

Ketika bulan Agustus 1989, di tengah sorotan TV senator Partido Liberal, Luis Carlos Galan, yang sedang melakukan kampanye kepresidenan, dibunuh kartel Medellin, maka segera saja Presiden Virgilio Barco menyatakan perang total melawan pengedar obat bius.

Escobar masih sempat melancarkan aksinya, yaitu peledakan pesawat Kolumbia bulan November 1989 yang menewaskan 107 penumpangnya.

Namun pemburuan pemerintah akhirnya membuat Escobar menyerah pada bulan Juni 1991, dengan tukaran ia tidak akan diekstradisi ke AS.

Baca Juga: Kompak Serang Psikologis Hezbollah: Bermodal Boneka Maneken, Israel Gunakan Cara Licik Hancurkan Urat Malu Pasukan Hezbollah, Taktik Kelabui Musuh yang Lihai!

Don Pablo ini membuat berita lagi 13 bulan kemudian, ketika ia berhasil lolos ketika hendak dipindah ke penjara militer.

Namun pada 2 Desember 1993, kerajaan yang dia kendalikan dari Kolombia rontok setelah dia tewas tertembak.

Reaksi terbunuhnya Escobar cukup besar.

Kematian sang raja kokain itu merupakan pukulan mundur bagi perdagangan obat bius Kolumbia, kata Presiden Cesar Gaviria.

Presiden AS Bill Clinton sangat memuji usaha Bogota membawa Escobar pada hukum keadilan.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trending Gembong Narkoba 'Pablo Escobar' di Twitter, Seperti Apa Kisah Hidupnya? "