Find Us On Social Media :

Sama-sama Punya Sikap Bengis Kepada Minoritas Muslim, China Ngebet Ingin Sosok 'Penuh Dosa' Ini Menangi Pemilu Myanmar, 'Barat' Setengah Hati untuk Menentang

By Tatik Ariyani, Jumat, 4 September 2020 | 17:47 WIB

Presiden China Xi Jinping

Intisari-Online.comChina dikecam masyarakat dunia atas perlakuan mereka yang dianggap menindas sejumlah besar warga suku Uighur, kelompok minoritas Muslim negeri itu, antara lain dengan menahan mereka di kamp-kamp khusus.

Di saat yang sama, China begitu mendukung sosok sekutu yang sama-sama memperlakukan minoritas muslim secara kejam untuk kembali memimpin di negaranya.

Melansir Asia Times, Kamis (3/9/2020), saat Myanmar memasuki musim pemilu, isu ekonomi, Covid-19 serta perang dan perdamaian diperkirakan akan mendominasi kampanye.

Tetapi bagi komunitas internasional, spekulasi berpusat ke arah mana kebijakan luar negeri Myanmar kemungkinan besar akan diambil setelah pemungutan suara: menuju hubungan yang lebih kuat dan lebih dekat dengan China atau pergeseran ke arah yang lebih independen.

Baca Juga: Ingatlah Indonesia, Tiongkok akan Selalu Bermuka Dua Soal Laut China Selatan, Berlagak Tawarkan Proposal Pembangunan, Sambil Pura-pura Tuli Soal Klaim Ngawurnya di Laut Natuna

Banyak yang telah berubah sejak para pemimpin di Beijing menyukai rezim militer otoriter Myanmar dan sangat curiga terhadap pemimpin oposisi dan ikon pro-demokrasi Aung San Suu Kyi.

Dalam diskusi pribadi baru-baru ini, perwakilan pemerintah China tidak merahasiakan bahwa mereka lebih suka melihat Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)-nya menang dan waspada terhadap para jenderal, yang menurut mereka semakin sulit untuk dipengaruhi dan dikendalikan.

Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan yang berpihak pada militer kalah telak dari NLD pada pemilu 2015 dan tidak jelas apakah hasilnya akan jauh lebih baik pada jajak pendapat November ini.

Sementara militer Myanmar melihatnya sebagai tugas mereka untuk mempertahankan kedaulatan negara dan berusaha untuk mengurangi ketergantungan nasional pada China, Suu Kyi justru beralih ke Beijing untuk mendapatkan bantuan ekonomi dan lainnya.

Baca Juga: Masih Tetap Konsumsi Karbohidrat, Tapi Berat Badan Bisa Turun, Kok Bisa? Begini Caranya!