Temuan Mengejutkan NASA: Gas Paling Diperlukan Manusia Ini Justru Disebut-sebut 'Mengkaratkan Bulan' Bermilyar-milyar Tahun Lamanya, Ini Penjelasannya

May N

Penulis

Intisari-online.com -Tahukah Anda jika bulan bisa berkarat?

Informasi ini juga baru saja diproses dari penemuan NASA.

Layaknya karat di permukaan bumi, karat di Bulan juga terjadi saat ada oksigen.

Serta, oksigen bumi justru bisa sebabkan bulan berkarat!

Baca Juga: Jerman Punya Bukti Kuat Lawan Politik Vladimir Putin Diracun, Putin dan Anteknya Harus Siap-siap Hadapi 'Sanksi yang Mencekik' dari Uni Eropa

Mengapa demikian?

Mengutip Evening Standard, mineral besi oksida hematit telah ditemukan di daerah lintang tinggi di bulan.

Namun hal ini cukup aneh, karena tidak ada oksigen di bulan.

Sayangnya, temuan NASA justru tunjukkan hal sebaliknya.

Baca Juga: Memilukan, Wanita Ini Dipaksa Jadi Budak Seks ISIS, Mengaku Tak Sadar Telah Memakan Bayinya Sendiri yang Dihidangkan dengan Nasi

Besi sangat reaktif dengan oksigen, dan terbentuk karat kemerahan seperti besi di bumi.

Karat tersebut membesar di permukaan bulan, yang disebabkan karena hidrogen dalam angin matahari meledakkan permukaan bulan.

Hal tersebut bertindak berlawanan dengan oksidasi.

Itulah yang ditemukan oleh NASA, keberadaan mineral bantalan besi yang teroksidasi dan berwarna sangat merah.

Baca Juga: Bukannya Tersiksa Atau Menderita, Narapidana yang Dijebloskan ke Dalam di Dalam Penjara Ini Justru Bahagia, Bahkan Mereka yang Enggan Keluar dari Penjara Itu, Ini Alasannya

'Oksigen yang bocor'

Penemuan ini telah ditanggapi oleh berbagai banyak pihak.

Penulis Shuai Li, asisten peneliti di Institut Geofisika dan Planetologi Hawaii (HIGP) menjelaskan hipotesis timnya.

Menurutnya, hematit bulan terbentuk melalui oksidasi besi permukaan bulan olek oksigen dari atmosfer atas bumi.

Baca Juga: Meskipun Kopassus Kini Kalah dengan LRR Filipina, Nyatanya Kopassus Penah Permalukan Pasukan Elit Inggris SAS di Hutan Kalimantan

Oksigen ini "terus-menerus dihembuskan ke permukaan bulan oleh angin matahari saat bulan berada dalam magnetotail bumi selama beberapa milyar tahun terakhir," ujarnya.

Magnetotail atau magnetosfer adalah lapisan medan magnet yang menyelubungi benda angkasa.

Sedangkan peneliti dari Laboratorium Propulsi Jet NASA (JPL) dan lainnya menganalisa data yang didapat oleh Moon Mineralogy Mapper (M3) atau pemeta mineral bulan.

Data tersebut didapatkan dari misi astronot India Chandrayaan-1 yang mengorbit permukaan bulan tahun 2008.

Baca Juga: Meski Timor Leste Termasuk Negara Paling Miskin di Dunia dengan Sistem Kesehatan Lemah, Ternyata Begini Kehandalannya Hadapi Pandemi Covid-19, Indonesia Kalah?

Daerah lintang tinggi atau daerah kutub bulan termasuk wilayah yang diteliti oleh M3.

"Saat aku memeriksa data M3 di wilayah kutub, aku temukan beberapa fitur spektral dan pola yang berbeda dari yang kita lihat di lintang lebih rendah atau sampel dari Apollo," ujar Li.

"Aku penasaran apakah mungkin ada reaksi air-batu di bulan.

"Berbulan-bulan menginvestigasi, aku temukan tanda adanya hematit."

Baca Juga: Bikin Milisi Timor Leste Kocar-Kacir, Petinggi Kopassus Ini Nekat Menyusup ke Timor Leste Pimpin Pasukan Rahasia Kopassus dengan Berkedok Anak Kuliahan Sedang KKN

Menurut para peneliti, lokasi hematit tersebut berhubungan erat dengan kadar air yang ada di wilayah kutub.

Prof Li tambahkan: "Lebih banyak hematit di sisi permukaan bulan tunjukkan ada kaitannya dengan bumi.

"Ini membuatku teringat penemuan misi astronot Jepang Kaguya yang sebutkan oksigen dari atmosfer di atas bumi dapat terbang ke permukaan bulan oleh angin matahari saat bulan berada di posisi magnetotail bumi.

"Jadi, atmosfer oksigen bumi dapat menjadi oksidan besar dalam memproduksi hematit.

Baca Juga: Minum Air Putih Sangat Dianjurkan Tetapi Ternyata Bisa Picu Penyakit Ganas Ini pada Tubuh, Kok Bisa? Simak Ini Penjelasannya

"Air dan debu bisa juga berperan penting."

Studi yang dipublikasikan di Science Advances juga temukan hematit tidak benar-benar absen di sisi bulan yang jauh, yang oksigen bumi tidak bisa menjangkau.

Dengan penemuan ini, Prof Li simpulkan jika Bumi mungkin berperan penting dalam evolusi permukaan bulan.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait