Lalu disusul Filipina.
Sementara delapan anggota ASEAN yang lain termasuk Malaysia dan Indonesia tetap diam dan kalaupun berkomentar pasti menekankan pentingnya menghindari konflik dan menjaga stabilitas regional.
Pengamat percaya bahwa masing-masing negara tidak akan secara terbuka bertengkar dengan China karena takut akan mempengaruhi hubungan perdagangan dan investasi, terutama di tengah penurunan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Joseph Liow Chin Yong, pakar geopolitik Asia-Pasifik di Nanyang Technological University, Singapura, mengatakan bahwa preferensi negara-negara ASEAN untuk terlibat dalam diplomasi di belakang layar, yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan integritas mereka tanpa membahayakan hubungan dengan China.
Kedaulatan adalah Kunci
Keputusan Vietnam untuk berbenturan kepala dengan China mencerminkan kompleksnya hubungan kedua negara bertetangga, di mana upaya bersama untuk meningkatkan perdagangan bilateral tidak mengurangi kepentingan nasionalnya.
Pekan lalu, secara terbuka Vietnam menentang larangan Tiongkok yang tidak memperbolehkan nelayan negara lain termasuk nelayan Vietnam menangkap ikan di sekitar Kepulauan Paracel yang kini dikuasai China.
Bulan lalu, Vietnam juga memprotes keputusan China untuk mendirikan distrik administratif di Paracels, dan satu lagi di Kepulauan Spratly, yang diklaim Vietnam dan Filipina.