Penulis
Intisari-Online.com - Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) meyakini, Korea Utara memiliki hingga 60 bom nuklir dan persediaan senjata kimia terbesar ketiga di dunia dengan total hingga 5.000 ton.
Markas Besar Angkatan Darat AS dalam laporannya berjudul "Taktik Korea Utara" yang terbit bulan lalu mengatakan, Pyongyang tidak mungkin menyerahkan senjata-senjata itu untuk memastikan kelangsungan hidup rezim.
"Perkiraan senjata nuklir Korea Utara berkisar antara 20-60 bom."
"Dengan kemampuan untuk menghasilkan 6 perangkat baru setiap tahun," kata Angkatan Darat AS seperti dikutip kantor berita Yonhap, Rabu (19/8).
Bahkan, beberapa laporan menyebutkan, Korea Utara bisa memiliki 100 bom pada akhir tahun ini.
"Korea Utara membuat senjata nuklir karena para pemimpinnya mengira, ancaman serangan nuklir akan mencegah negara-negara lain mempertimbangkan perubahan rezim," sebut Angkatan Darat AS dalam laporan itu.
Menurut Angkatan Darat AS, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berkaca pada kasus Muammar Gaddafi dari Libya dan "tidak ingin hal serupa terjadi di Korea Utara".
Negosiasi antara Washington dan Pyongyang mengenai program nuklir Korea Utara telah terhenti sejak Februari tahun lalu.
Yakni ketika pertemuan puncak kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Kim di Hanoi, Vietnam gagal.
Laporan Angkatan Darat AS juga menunjukkan, Pyongyang kemungkinan memiliki "2.500-5.000 ton senjata kimia dari sekitar 20 jenis yang berbeda, menjadikannya pemilik agen kimia terbesar ketiga di dunia".
"Sangat mungkin militer Korea Utara akan melakukannya, menggunakan peluru artileri kimia," kata Angkatan Darat AS.
Korea Utara juga telah melakukan penelitian tentang senjata biologis dan kemungkinan senjata antraks atau cacar, yang dapat mereka pasang di rudal untuk digunakan melawan Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang.
"Hanya 1 kilogram antraks bisa membunuh hingga 50.000 orang di Seoul," ungkap Angkatan Darat AS.
Angkatan Darat AS pun meyakini Korea Utara telah mengamankan kemampuan perang komputer tingkat lanjut, yang merupakan sarana utama diplomasi koersif lainnya.
Di bawah Unit Panduan Perang Siber, lebih populer dengan sebutan Biro 121, Korea Utara mengelola lebih dari 6.000 peretas.
Banyak di antaranya beroperasi di negara asing, seperti Belarusia, China, India, Malaysia, dan Rusia.
"Korea Utara berhasil melakukan aktivitas perang komputer invasif dari keamanan wilayahnya sendiri," kata Angkatan Darat AS.
"Ia memiliki kemampuan terdistribusi untuk menjangkau komputer yang ditargetkan di mana pun di dunia, selama mereka terhubung ke internet".
(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "AS: Korea Utara punya hingga 60 bom nuklir dan 5.000 ton senjata kimia"