Find Us On Social Media :

Kini Jual Mainan untuk Menyambung Hidup, Ngatimin Dulu Mata-mata Indonesia untuk Menumpas Tentara Belanda, Sampai Rela Makan Tanaman Selama 20 Hari

By Tatik Ariyani, Senin, 17 Agustus 2020 | 20:33 WIB

Mata-mata tentara Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) saat bercerita tentang kisahnya di kediamannya, Kaplingan RT.

Pemandangan gelimpangan mayat dan kematian sang ayah membuat Ngatimin muda membulatkan tekat untuk ikut berjuang.

Saat itu, Ngatimin masih menginjak usia kurang lebih 16 tahun.

"Marah saya. Bapak ketembak orang. Tetangga sudah jadi mayat. Saya punya pendapat ikut berjuang saja," ucap Ngatimin.

"Tidak ada yang menyuruh. Kalau siang menginjak pukul 10.00 WIB, saya lari sana lari sini mengikuti perjalanan Angkatan Darat," tambahnya.

Baca Juga: Sampai Xi Jinping Geram Tak Usai-usai Karena Dituding Rezim Ekonominya Ketinggalan Zaman: Enak Saja, Marxisme Adalah Fondasi Penting di Tiongkok

Suara deru tembakan dan dentuman bom pesawat menjadi hal yang familiar di telinga Ngatimin Muda.

Ngatimin Muda mengikuti perjalanan tentara Indonesia menyerbu gudang senjata yang ada di barat pangkalan udara Panasan.

Ia hanya melihat dari kejauhan tentara-tentara Indonesia meletakkan senjata laras panjang mereka di sebuah kebun.

Mereka hanya mengandalkan sebilah pisau dalam penyerbuan itu.