Find Us On Social Media :

Kini Jual Mainan untuk Menyambung Hidup, Ngatimin Dulu Mata-mata Indonesia untuk Menumpas Tentara Belanda, Sampai Rela Makan Tanaman Selama 20 Hari

By Tatik Ariyani, Senin, 17 Agustus 2020 | 20:33 WIB

Mata-mata tentara Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) saat bercerita tentang kisahnya di kediamannya, Kaplingan RT.

Pukul 11.00 WIB menjadi waktu yang selalu dipilih tentara Indonesia untuk menyerbu zona tentara Belanda.

Pasalnya pada jam itu, sinar matahari terlalu menyilaukan bagi mata para tentara belanda.

Hanya butuh waktu satu jam tentara indonesia menyerbu gudang itu guna mengamankan persediaan.

Melihat banyak senjata ditinggal di kebun, Ngatimin muda berinisiatif menutupinya dengan dedaunan yang tak jauh dari lokasi penyerbuan.

"Saya tidak ada yang nyuruh, saya tutupi dengan sampah apa saja biar tidak diketahui mata-mata belanda," ujar Ngatimin.

Aksi Ngatimin muda membuat komandan pasukan tentara Indonesia terkejut dan bertanya-tanya.

"Komandan berkata, ini tertutup semua siapa yang menutupi, ini luar biasa. Kalau tidak ditutupi ketahuan antek belanda. Berbahaya," tutur Ngatimin.

"Lama-lama saya ketahuan , saya ditanya, kamu gak takut mati? setiap hari lari sana lari sini ditengah baku tembak," tambahnya.

Tekat Ngatimin untuk terjun berlaga sudah sekuat baja, tak ada kata mund jet lagi uang terucap dibibirnya.

"Saya berkata, ndak,pak, saya ndak takut mati saya akan membela bangsa dan negara saya berani karena ayahku ditembak Belanda aku marah luar biasa belum tetangga ayah jadi mayat semua," ucap dia.

"Kalau saya mati dipeperangan, saya ikhlas, saya ikhlas, saya korbankan nyawa saya," tegasnya.

Ngatimin muda lantas diberikan peran olah komandan untuk menjadi mata-mata bagi tentara Indonesia.

Ia bahkan sampai harus memerankan sosok yang ditugaskan sang komandan waktu itu.

"Komandan berkata ke saya, kamu saya kasih tugas pengawas musuh karena kamu masih di bawah umur tidak dicurigai musuh dan antek Belanda," kata Ngatimin.

"Kemudian, kamu harus pura-pura jadi anak tidak normal saat ketemu dengan tentara Belanda," imbuhnya.

Peran itupun dijalankan Ngatimin muda dengan baik, tentara Belanda tidak menyangka bila dirinya adalah seorang mata-mata.

"Ada Belanda lewat saya layaknya anak tidak normal ngiler-ngiler gitu. Akhirnya, saya dibiarkan saja," tutur dia.

Ngatimin muda pun harus terus memberikan informasi kepada komandannya soal keberadaan tentara Belanda.

Itu guna mendukung strategi yang disiapkan sang komandan.

Seiring berjalannya waktu, peran Ngatimin muda semakin berkembang.

Tak hanya menjadi mata-mata, ia juga harus memastikan senjata-senjata tentara Indonesia aman disembunyikan di wilayah musuh.

Satu diantaranya, Ngatimin muda harus memastikan senjata tentara Indonesia aman disembunyikan di sisi timur lapangan udara Panasan.

Itupun membuatnya harus berjuang supaya tak tertangkap.

Apabila tertangkap, Ngatimin muda harus menghadapi nasib kematian.

"Senapan, granat, peluru rentengan, dan bazoka saya letakan di kebun antara lapangan udara dan perkampungan lalu saya tutupi sampah," kata dia.

Ngatimin mengaku dirinya bahkan sempat bertahan hidup dengan memanfatkan tanaman di sekitarnya selama 20 hari.

Lantaran, ia harus bersembunyi dari kejaran tentara Belanda.

Terkadangpun Ngatimin muda juga harus menahan rasa laparnya.

"Tiap hari begitu saya berjuang tanpa makan, caranya menghitung hari itu batang pohon kecil saya tekuk tapi tidak dampai patah," aku dia.

"Kalaupun makan, makan dedaunan yang ada di sekitar meski rasanya tidak enak," tambahnya.

Perjuangan Ngatimin muda membantu melawan tentara Belanda usai saat tahun 1951.

Saat itu, ia pun lantas memilih masuk sekolah rakyat yang ada di daerah Colomadu.

Selain itu, Ngatimin mengaku tidak mendapat kabar apapun soal komandan yang pernah memimpinnya pasca perlawanan dengan tentara Belanda sudah usai.

Nama komandannya pun sampai saat ini ia tidak tahu lantaran saat itu dirinya tak pandai membaca.

"Saya tidak pernah tanya, meski ada tulisan di bajunya, saya belum sekolah, belum bisa baca," tandasnya.

Kini di usia tua yang semestinya dipakai untuk beristirahat, Ngatimin menyambung hidup dengan berjualan mainan.

Dengan laba tak seberapa, ia berusaha bertahan hidup dengan profesi yang kini ditekuninya itu.

Baca Juga: Jadi Tempat 'Disembunyikannya' Soekarno-Hatta oleh Golongan Muda Menjelang Kemerdekaan RI, Inilah 7 Fakta Rengasdengklok

Adi Surya Samodra

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Kisah Ngatimin, Dulu Mata-mata Indonesia sampai Rela Makan Daun, di Usia Tua Jual Mainan