Penulis
Ketahui Sumber Makanan Anda, Pandemi Telah Sadarkan Perlunya Lebih Banyak Produk Minyak Kelapa Sawit Berlabel Berkelanjutan Sebagai Bagian dari Kebiasaan Baru
Intisari-online.com -Anda adalah apa yang Anda makan.
Slogan sederhana tersebut sebenarnya mengandung banyak makna, bahwa pada dasarnya kita semua harus paham apa yang masuk ke tubuh kita, makanan yang kita makan sehari-hari ataupun minuman yang kita konsumsi untuk hapuskan dahaga.
Menyikapi hal tersebut, banyak perusahaan makanan dan retail yang mulai fokus dalam pengembangan sumber berkelanjutan untuk jenis makanan yang dijual.
Salah satunya adalah yang dilakukan oleh perusahaan retail Super Indo, yang membuka bincang virtual "Adaptasi Kebiasaan Baru: Sustainable Palm Oil untuk Bumi dan Manusia yang Sehat".
Acara ini dilaksanakan dengan kolaborasi bersama Good Growth Partnership (GGP) serta Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Good Growth Partnership (GGP) adalah lembaga yang bekerja di lintas rantai pasokan dalam proses produksi, pembiayaan, dan permintaan.
Visi GGP adalah mengurangi deforestasi dan mendorong pembangunan berkelanjutan di tiga rantai pasokan komoditas global: kedelai, daging sapi dan minyak kelapa sawit.
Kemitraan ini diluncurkan oleh PBB pada tahun 2017, didukung pendanaan dari Global Environment Facility, dipimpin oleh United Nation Development Programme (UNDP), dan diimplementasikan melalui kolaborasi dengan Conservation International, International Finance Corporation, UN Environment dan World Wildlife Fund (WWF).
Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Anda Harus Mencoba Manfaat Teh Daun Salam
GGP telah bekerja sama dengan pemerintah Brasil, Indonesia, Liberia dan Paraguai serta organisasi kemasyarakatan dan sektor privat untuk menjadikan keberlanjutan sebagai bagian utama dari rantai pasok komoditas.
Sedangkan RSPO dibentuk tahun 2004 dengan tujuan mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk minyak sawit berkelanjutan melalui standar global yang terpercaya serta melibatkan para pembuat kebijakan.
RSPO adalah organisasi nirlaba internasional yang menyatukan kepentingan pembuat kebijakan dari berbakai sektor industri kelapa sawit antara lain produsen kelapa sawit, pengolah atau pedagang kelapa sawit, produsen barang konsumen, retail, bank dan investor serta lembaga non-pemerintah (NGO) di bidang lingkungan dan sosial.
Minyak kelapa sawit sangat dikenal akan keragaman penggunaannya dalam berbagai produk konsumsi sehari-hari seperti minyak goreng, camilan, sampo, kosmetik hingga produk perawatan rumah.
Baca Juga: Buat Campuran Kunyit dan Madu untuk Atasi Jerawat Sampai Kumis Tipis pada Wanita, Ini Caranya
Penggunaan minyak kelapa sawit yang amat luas ini dimungkinkan karena produktivitas kelapa sawit yang sangat tinggi dibandingkan tanaman-tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Namun, praktik-praktik produksi kelapa sawit yang tidak berkelanjutan memunculkan berbagai permasalahan lingkungan dan sosial yang kemudian mendorong lahirnya kebutuhan atas perubahan tata kelola industri kelapa sawit dari hulu ke hilir.
“Indonesia dianggap negara penyumbang emisi karbon yang sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, salah satunya melalui alih fungsi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan, pemanfaatan gambut berlebihan, serta kebakaran gambut.
"Pembukaan lahan dengan metode pembakaran khususnya pada lahan bergambut menyebabkan kebakaran gambut yang berkontribusi signifikan terhadap pelepasan karbon, seperti yang dilaporkan CAMS tahun 2019 yang lalu.
Baca Juga: Manfaat Ketumbar untuk Gangguan Pencernaan Juga Penyakit Modern
"Penerapan praktik pertanian berkelanjutan, dengan tidak membakar lahan atau kawasan hutan, melindungi lahan gambut dan kawasan hutan alami, serta melakukan intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas dapat mendukung keberlangsungan produksi komoditas sekaligus menjaga kesehatan dan keberlanjutan ekosistem,” jelas Prof. Dr. Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
Tidak bisa dipungkiri, kelapa sawit selalu berbau deforestasi, dan sekarang konsumen kian berpikir apakah di makanan yang dimasak dengan minyak kelapa sawit ada darah hewan endemi yang habitatnya dirusak karena deforestasi?
Faktanya, hasil studi terbaru oleh MarkPlus, mengungkap 82% responden bersedia mengubah konsumsi harian produk-produk yang mengandung minyak kelapa sawit dengan produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan, ketika pilihan produknya tersedia.
Saat ini, meski produk-produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan sudah tersedia, konsumen masih sulit menemukannya karena penggunaan ekolabel pada produk-produk tersebut yang sangat terbatas.
“Hingga minyak sawit berkelanjutan menjadi 'norma', konsumen harus diberi pilihan untukmemahami bahwa ada berbagai cara untuk memproduksi minyak sawit. Pelabelan produk yang mengandung minyak sawit berkelanjutan bersertifikat dan penggunaan label RSPO memberikan indikasi yang jelas kepada konsumen tentang produk mana yang mengandung minyak sawit yang 'baik'.
"Inilah mengapa RSPO berkomitmen untuk melibatkan semua pemangku kepentingan untukmembuat produk minyak sawit berkelanjutan dikenal dan dapat diakses, tidak hanya untuk konsumen di Indonesia, tetapi di seluruh dunia, ” jelas Senior Manger Global Community Outreach & Engagement Imam A. El Marzuq.
Pandemi COVID-19 memunculkan tantangan baru yang mendorong konsumen dan produsen untuk mengubah kebiasaan lama dan mulai membuat keputusan yang berdampak positif bagi masyarakat.
“Kami melihat pandemi COVID-19 telah memberi pembelajaran dan mendorong masyarakat untuk memikirkan kembali gaya hidup dan pola konsumsi mereka, yang kemudian mendorong masyarakat untuk menggunakan produk yang berkelanjutan, termasuk konsumsi minyak sawit berkelanjutan.
"Selanjutnya, produsen harus benar-benar memastikan seluruh rantai pasoknya menerapkan prinsip berkelanjutan dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan serta mulai menyediakan produk-produk ramah lingkungan dan berkelanjutan yang mudah diidentifikasi oleh konsumen.
"Konsumen juga harus kritis dan memprioritaskan pembelian produk-produk ramah lingkungan dan berkelanjutan,” papar Edi Sutrisno, Direktur Transformasi untuk Keadilan Indonesia.
Sementara menurut penjelasan D. Yulinda Susanta, Head of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo jelaskan jika perusahaan Super Indo telah melangkah lebih jauh dalam perjalanannya menjadi perusahaan berkelanjutan, yaitu dengan mulai memasok minyak kelapa sawit berkelanjutan.
"Sebagai salah satu supermarket terkemuka di Indonesia, Super Indo terus berinovasi dan mengembangkan produk sesuai dengan permintaan konsumen terhadap produk-produk berkelanjutan.
Baca Juga: Obat Penurun Panas Rumahan yang Bisa Dicoba, Termasuk Teh Jahe
"Kami mengamati adanya peningkatan permintaan terhadap produk dengan minyak kelapa sawit berkelanjutan, dan saat ini kami tengah berupaya untuk segera meluncurkan sebuah varian produk minyak goreng yang berekolabel.
"Hal ini merupakan wujud komitmen kami dalam menjawab permintaan pasar serta mendukung konsumsi berkelanjutan, sebagai bagian dari kebiasaan baru," jelasnya.
Bincang virtual ini merupakan bagian dari gerakan ‘Beli Yang Baik” yang bertujuan untukmeningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap konsumsi berkelanjutan melalui pendidikan dan keterlibatan masyarakat.
Gerakan ini mencakup beberapa komoditas, termasuk minyak kelapa sawit, kayu, produk hasil laut dan energi.
Untuk mendorong konsumsi minyak kelapa sawit berkelanjutan, Beli Yang Baik berfokus pada pengarus utamaan informasi dan pemahaman tentang produksi dan konsumsi kelapa sawit.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini