Find Us On Social Media :

Nekat Keluar dari RS Meski Terluka, Kapten A Rivai Turun ke Medan Perang 5 Hari 5 Malam, Dengan Gagah Berani Bombardir Pasukan Belanda

By Tatik Ariyani, Rabu, 12 Agustus 2020 | 10:35 WIB

 

Nekat Keluar dari RS Meski Terluka, Kapten A Rivai Turun ke Medan Perang 5 Hari 5 Malam, Dengan Gagah Berani Bombardir Pasukan Belanda

Intisari-Online.com - Sosok Kapten A Rivai mungkin saja tidak banyak dibahas dalam literatur maupun karya ilmiah.

Namun, namanya tersebut akan tetap harum sebagai pahlawan besar pada Perang 5 Hari Malam yang mencekam pada 1-5 Januari 1947 tersebut.

Aksi berani mati dan heroik Kapten A Rivai yang kini namanya diabadikan sebagai nama Jl Kapten A Rivai di Palembang Sumsel itu, tetap dikenang.

Sebagai prajurit berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan menjabat sebagai Komandan Resimen Markas Divisi II, Kapten A Rivai yang tengah dalam perawatan dan diawasi oleh dr Ibnu Sutowo, karena luka di bahuhnya itu, nekat keluar dari RS.

Baca Juga: Gara-gara Pesawat Ini, Pesawat Komersial Bisa Ditembaki Militer China Jika Dekat-dekat Dengan Pangkalan Militer Mereka di Laut China Selatan, Ini Penyebabnya

Sebab, Kapen A Rivai memang gelisah ketika mendengar perang kembali pecah di kawasan kawasan Sungai Jeruju (kawasan yang dipimpinnya) diambil ahli TRI (Tentara Republik Indonesia) dan Laskar Pejuang.

Berbekal senapan mesin kaliber 12,7 MM langsung turun ke medan pertempuran. Bersama pasukannya, Kapten A Rivai bombardir menyerang kapal Belanda di tengah perairan Sungai Musi. Namun kapal Belanda membalas tembakan sehingga Rivai terkena tembakan Belanda.

Pada tanggal 2 Januari 1947, Kapten A Rivai gugur dalam pertempuran yang berlokasi di Sungai Jeruju, kawasan 8 Ilir. Padahal saat memimpin pasukannya, Kapten A Rivai sudah luka tembak dibahu karena mengalami luka tembak di bahu akibat insiden pertempuran selama 13 jam di kawasan Benteng, pada 29 Maret 1946. Namun dia tetap turun dalam keadaan luka dan tetap gagah turun di medan tempur.

Aksi heroik, berani mati dan dikenal sebagai ahli tempur, Kapten A Rivai memang selalu dikenang sebagai pejuang dari Palembang Sumsel yang tanpa pamrih.

Baca Juga: Covid Hari Ini 12 Agustus 2020: Padahal Belum Terbukti Ampuh, 5,7 Miliar Calon Vaksin Corona Sudah Dipesan di Seluruh Dunia

Namun seperti diungkapkan bahwa, tak banyak literatur yang mengungkap siapa sebenarnya Kapten A Rivai, bahkan hanya sedikit mengungkap identitas dan dari mana asal sang pahlawan Perang 5 Hari 5 Malam itu.

“Pastinya A Rivai bukan mati tertembak di dekat RS Charitas yang ketika itu milik Belanda. Data sejarah pertempuran lima hari lima malam ini saya kumpulkan sejak tahun 1997 sampai sekarang dengan narasumber langsung dari pelaku-pelaku sejarah yang terlibat,” ujar Yudhy Syarofie, Kamis, 28 Agutus salah satu budayawan Sumsel yang juga dikenal sebagai penulis buku seperti dilansir oleh Sripoku.com dari Sripo Cetak terbitan Kamis 24 Agutus 2012 silam.

Dikatakan Yudhy Syarofie, meski profil singkat, asal usul Kapten A Rivai atau Lettu A Rivai masih samar, namun kepahlawanannya tak diragukan, dia adalah pahlawan Perang Palembang dan dikenang dengan aksi heroiknya, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang hendak dirampas kembali oleh Belanda yang melakukan agresi di kawasan Sumatera.

Dijelaskan bahwa A Rivai pada tanggal 2 Januari 1947 (meski waktunya masih diperdebatkan akan dijelas di akhir tulisan), di kawasan Sungai Jeruju, namun semua data ini sudah disepakati oleh pelaku-pelaku sejarah yang menjadi narasumber.

Baca Juga: Pura-pura Temukan Bayi di Teras Rumahnya, Wanita ini Menghilang, Saat Ditemukan Kondisinya Lemas, Semua Rencananya Terbongkar

Kembali bicara soal asal usul Kapten A Rivai yang dikenal pemberani itu, bahwa dia berasal daerah dari sebuah desa di Komering (OKU Timur). Namun, mengenai detail secara pribadi sosok Rivai, sampai saat ini belum tergali. Penulis sebatas menggali data secara global atau kelompok.

Namun yang jelas, Kapten A Rivai dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jl Jendral Sudirman. Bahkan tertulis pada batu nisan A Rivai wafat pada 30 Maret 1946, dan menurut Yudhy, itu salah dan perlu perbaikkan, sebab A Rivai kemudian berpangkat sebagai Kapten dan merupakan penghargaan anumerta sebagai pahlawan yang gugur pertempuran lima hari lima malam.

Diungkapkan Yudhy, bahwa berdasarkan ilmu toponim dalam antropologi, Yudhy mengatakan, seharusnya Kapten A Rivai bukan dijadikan nama jalan yang sudah ada saat ini saja, tetapi seharusnya nama jalan Kapten A Rivai membentang dari Boombaru sampai perbatasan Sayangan jika dinapak tilas lebih jauh lagi.

“Nama sebuah tempat ada tiga faktor, yakni berdasarkan kondisi tempat, legenda atau mitos sebuah tempat dan peristiwa atau kejadian bersejarah dari sebuah tempat. Hal ini berdasarkan toponim ilmu antropologi,” ujar Yudhy.

Namun hingga kini nama Kapten A Rivai memang tidak tercatat dalam sejarah Pahlawan Nasional, sebab berkaitan dengan sejarah Perang 5 Hari 5 Malam, yang perlu dipertanyakan apakah masuk dalam sejarah nasional atau tidak. Sebab, banyak pahlawan asal Palembang yang menjadi pahlawan perintis kemerdekaan. Salah satunya yakni AS Macik yang merupakan sosok pahlawan perintis kemerdekaan dalam melawan penjajah.

Sebab hingga kini, pahlawan Palembang yang menyandang sebagai pahlawan nasional hanya ada dua.

“Perlu diketahui, pahlawan asal Palembang yang menyandang sebagai pahlawan nasional cuma ada dua, pertama Sultan Mahmud BAdaruddin II dan AK Gani,” ujarnya.

Baca Juga: Sudah Kerahkan Pesawat dan Kapal Perang di Laut China Selatan, China Justru Minta Pasukannya untuk Tidak Melakukan Tembakan Pertama Saat Berhadapan dengan AS, Mengapa?

Putra Pangeran dari OKU Timur

Meski masih samar siapa sebenarnya Kapten A Rivai dalam sejarah Perang 5 Hari 5 Malam itu, namun beberapa nara sumber sedikit menguak siapa sebenarnya sang Kapten.

Dikutip dari Sripo cetak edisi 24 Agustus 2012 yang menghubungi langsung pelaku sejarah yakni, Drs Suhaimi Sai selaku pewawancara eks pejuang di Desa Campang Tiga dalam buku ‘Suntingan Perjuangan Rakyat Semendawai OKU Mei 1986’ mengungkapkan bahwa, Kapten A Rivai merupakan putera Pangeran Harun, asal Desa Cempaka OKU Timur.

Juga tidak diragukan lagi, Kapten A Rivai adalah pahlawan dalam Perang 5 Hari Lima Malam Palembang 1-5 Januari 1947 tersebut.(Suntingan Perjuangan Rakyat Semendawai OKU Mei 1986’)

Kembali kepada sosok Kapten A Rivai, berdasarkan hasil wawancara Suhaimi, bahwa dikatakan pada 28 Desember 1946 pukul 21.30, tentara Belanda yang dalam kondisi mabuk berat melanggar garis damarkasi yang telah ditentukan.

Hal ini memicu kemarahan para pejuang sehingga terjadi Perang 5 Hari 5 Malam Palembang.

Perang yang berlangsung ketat itu melibatkan Kapten A Rivai sejak 1 Januari. Disebutkan pula jika Kapten A Rivai turun ke medan perang meski terluka di bahu.

Dengan senjata di tangan, Kapten A Rivai membombardir pasukan Belanda, namun kemudian dibalas pula oleh pasukan Belanda di mana Kapten A Rivai yang saat itu berpangkat Lettu tertembak ia, meninggal pada 3 Januari 1947. Ketika itu Lettu A Rivai tertembak dekat RS Charitas dan dirawat di RS Benteng.

Selain Kapten A Rivai yang tewas dalam pertempuran itu, ada pula Lettu Anwar Sastro adik kandung A Rivai, gugur bersama enam laskar di Desa Cempaka setelah Belanda berangkat dari Desa Gunung Batu. Lettu Anwar sastro gugur sebagai pahlawan.

“Sudah dipastikan bahwa Kapten A Rivai merupakan sosok pejuang dalam pertempuran lima hari lima malam. Jadi Jalan Kapten A Rivai bukan diambil dari nama Kapten Kapal Tambomas yang terjadi pada tahun 1981. Sebelum peritiwa kapal itu, Jalan Kapten A Rivai sudah ada. Dan pada waktu itu saya ada di Jakarta,” ujar Suhaimi yang pernah menjabat sebagai Asisten Pemkot Palembang dan mantan Camat Ilir Timur I.

Kontroversi Waktu Wafat Kapten A Rivai

Meski banyak sumber yang menyatakan Kapten A Rivai adalah pahlawan Perang 5 Hari 5 Malam Palembang, namun dalam penelusuran di situs cendikiasumsel menyebutkan waktu wafat Kapten A Rivai masih diberdebatkan. Sebab batu nisan Kapten A Rivai di Taman Makam Pahlawan Satria Siguntang, Kota Palembang, menuliskan tanggal lahir dan meninggal almarhum. Begitu pula batu-batu nisan lainnya di mana-mana. Khusus Kapten A Rivai tertulis pada batu nisan waktu meninggalnya pada 30 Maret 1946.

Namun pendapat Yudhy Syarofie bahwa kapten A Rivai meninggal 2 Januari, sementara dalam tulisan buku “Suntingan Perjuangan Rakyat Semendawai OKU Mei 1986”, meninggalnya A Rivai tertulis bukan pada 2 Januari 1947 tapi 3 Januari 1947. Sebelumnya A Rivai kena tembak dekat Charitas lalu dirawat di Benteng. Juga dijelaskan jika A Rivai adalah putra Pangeran Harun, asal Desa Cempaka OKU Timur.

Baca Juga: Fahri Hamzah dan Fadli Zon Dapat Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Jokowi, Apa Syarat Khusus untuk Mendapatkannya?

Meninggalnya A Rivai pada 3 Januari 1947 juga ditulis Kolonel Purn. Jacoub Chaidir, SH., dalam buku “Sekitar Palagan Palembang dalam Pertempuran 5 Hari 5 Malam Tahun 1947”. Berarti kematiannya pada hari ketiga Perang Lima Hari Lima Malam.

Sementara Penuturan DR. H. Mochtar Effendy, SE., dalam buku “Perjuangan Mencari Ridha Tuhan” ada menuliskan aksi heroik dari Lettu A Rivai. Kejadian bukan pada Perang Liam Hari Lima Malam tapi bulan Desember 1946.

Melihat hal ini perlu diluruskan mengenai tanggal kematian Kapten A Rivai, meski sudah dijelaskan bahwa sang pahlawan adalah pejuang tanpa pamrih untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kepahlawanan A Rivai tidak diragukan lagi. Bagaimanapun juga dia tercatat berada pada Front Charitas di bawah Batalyon 31/ XVII menempati posisi depan Charitas, Jalan Pagaralam dan sekitarnya. Sasaran pasukan ini adalah tempat-tempat konfrontasi Belanda seperti: RS Charitas, gedung Basumij, 11 Ilir, Boom Yetti, Sekanak, Benteng Kuto Besak, BPM Hendelszaken, 26 Ilir dan Talang Semut.(Dokumentasi Sripo/berbagai sumber)

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Kapten A Rivai Bombardir Pasukan Belanda di Perang 5 Hari 5 Malam,Putra Pangeran OKU Timur Itu Gugur