Find Us On Social Media :

Nekat Keluar dari RS Meski Terluka, Kapten A Rivai Turun ke Medan Perang 5 Hari 5 Malam, Dengan Gagah Berani Bombardir Pasukan Belanda

By Tatik Ariyani, Rabu, 12 Agustus 2020 | 10:35 WIB

Namun seperti diungkapkan bahwa, tak banyak literatur yang mengungkap siapa sebenarnya Kapten A Rivai, bahkan hanya sedikit mengungkap identitas dan dari mana asal sang pahlawan Perang 5 Hari 5 Malam itu.

“Pastinya A Rivai bukan mati tertembak di dekat RS Charitas yang ketika itu milik Belanda. Data sejarah pertempuran lima hari lima malam ini saya kumpulkan sejak tahun 1997 sampai sekarang dengan narasumber langsung dari pelaku-pelaku sejarah yang terlibat,” ujar Yudhy Syarofie, Kamis, 28 Agutus salah satu budayawan Sumsel yang juga dikenal sebagai penulis buku seperti dilansir oleh Sripoku.com dari Sripo Cetak terbitan Kamis 24 Agutus 2012 silam.

Dikatakan Yudhy Syarofie, meski profil singkat, asal usul Kapten A Rivai atau Lettu A Rivai masih samar, namun kepahlawanannya tak diragukan, dia adalah pahlawan Perang Palembang dan dikenang dengan aksi heroiknya, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang hendak dirampas kembali oleh Belanda yang melakukan agresi di kawasan Sumatera.

Dijelaskan bahwa A Rivai pada tanggal 2 Januari 1947 (meski waktunya masih diperdebatkan akan dijelas di akhir tulisan), di kawasan Sungai Jeruju, namun semua data ini sudah disepakati oleh pelaku-pelaku sejarah yang menjadi narasumber.

Baca Juga: Pura-pura Temukan Bayi di Teras Rumahnya, Wanita ini Menghilang, Saat Ditemukan Kondisinya Lemas, Semua Rencananya Terbongkar

Kembali bicara soal asal usul Kapten A Rivai yang dikenal pemberani itu, bahwa dia berasal daerah dari sebuah desa di Komering (OKU Timur). Namun, mengenai detail secara pribadi sosok Rivai, sampai saat ini belum tergali. Penulis sebatas menggali data secara global atau kelompok.

Namun yang jelas, Kapten A Rivai dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jl Jendral Sudirman. Bahkan tertulis pada batu nisan A Rivai wafat pada 30 Maret 1946, dan menurut Yudhy, itu salah dan perlu perbaikkan, sebab A Rivai kemudian berpangkat sebagai Kapten dan merupakan penghargaan anumerta sebagai pahlawan yang gugur pertempuran lima hari lima malam.

Diungkapkan Yudhy, bahwa berdasarkan ilmu toponim dalam antropologi, Yudhy mengatakan, seharusnya Kapten A Rivai bukan dijadikan nama jalan yang sudah ada saat ini saja, tetapi seharusnya nama jalan Kapten A Rivai membentang dari Boombaru sampai perbatasan Sayangan jika dinapak tilas lebih jauh lagi.