Penulis
Intisari-Online.com - Sudah menjadi rahasia umum bahwa China memiliki kekuatan militer yang baik.
Bahkan menurut data, negara Panda ini menempati urutan ke-3 militer terbaik di dunia.
Tak heran konflik diLaut China Selatansangat dikhawatirkan semua pihak.
Apalagi tensiantara China dan Taiwan terus meningkat ketika kedua negara mengirim unit militernya kewilayah ini.
Dilansir dari Newsweek pada Sabtu (8/8/2020), citra satelit menunjukkan kendaraan lapis baja amfibi dan peluncur rudal milik China berkumpul di perairan Laut China Selatan.
Di sisi lain, Taiwan mengirim 200 personel korps marinir ke pos militer terluar mereka di Kepulauan Pratas yang dikontrol oleh Taiwan.
Namun China turut mengklaim pulau tersebut sebagai wilayah teritorialnya dan menamakan kepulauan tersebut sebagai Kepulauan Dongsha.
Citra satelit juga menunjukkan kendaraan militer bergerak ke kota-kota pesisir China di seberang Taiwan dan peluncur rudal berada dalam jangkauan untuk mencapai Taiwan menurut News.Com.Au.
Situs web tersebut mengutip sebuah artikel oleh editor majalah Kanwa Asian Defence, Andrei Chang, yang mengatakan bahwa peluncur roket PCL191 yang dikerahkan ke daerah pesisir mampu menghancurkan semua pangkalan militer dan gedung pemerintahan di Taiwan secara akurat.
Meskipun Taiwan telah mengirim personel marinir ke pos terluar di Kepulauan Pratas, pakar militer Taiwan mengatakan kepada South China Morning Post bahwa pangkalan tersebut cukup rentan.
Dia mengatakan jika China berkomitmen untuk merebut pulau-pulau itu dengan paksa, Taiwan akan kesulitan untuk mempertahankan posisinya karena tidak ada penghalang alami.
Taiwan juga sulit mengirim bala bantuan dengan cepat ke kepulauan itu karena lokasinya yang cukup jauh.
Kepulauan Pratas terletak di Laut Cina Selatan, sekitar 442 kilometer dari Taiwan dan sekitar 299 mil dari daratan China.
Tidak ada permukiman permanen penduduk di kepulauan tersebut.
Pulau tersebut merupakan taman nasional dan berisi pos garnisun penjaga pantai. China dan Taiwan telah berselisih sejak 1949.
Negeri “Panda” melihat Taiwan sebagai provinsi nakal yang harus dikembalikan di bawah kendali China.
Taiwan, bagaimanapun, mengidentifikasi dirinya sebagai negara demokratis yang berdaulat dan merdeka dari China.
Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu sekutu utama Taiwan dengan sikap bahwa China tidak boleh menggunakan kekerasan terhadap Taiwan.
Sementara itu AS juga menekankan kepada Taiwan harus "berhati-hati" dalam mengelola hubungan dengan China dan mencegah Taiwan mengirimkan militer ke wilayah pesisir.
"AS dulu mengutuk Taiwan jika kami menempatkan militer di Pratas dan Taiping," kata Wang Ting-yu, seorang legislator Taiwan dari Partai Progresif Demokratik, Selasa, kepada South Chia Morning Post.
"Tapi kali ini tidak ada keberatan atas penempatan marinir kami di sana karena mereka semua ingin menahan ekspansi militer China di wilayah tersebut," sambung Wang.
Hubungan AS dengan China menjadi semakin tegang karena Presiden AS Donald Trump menyalahkan China atas wabah Covid-19.
Pejabat China dilaporkan kesal atas rencana Menteri Kesehatan AS Alex Azar untuk mengunjungi Taiwan "dalam beberapa hari mendatang".
Azar akan mengunjungi Taiwan untuk memeriksa bagaimana negara itu menangani wabah virus corona.
"Taiwan telah menjadi model dalam hal transparansi, kerja sama, dan kolaborasi di komunitas internasional."
"Dan tanggapan mereka terhadap Covid-19 sangat luar biasa," kata Azar dalam sebuah wawancara di Fox News pada Rabu (5/8/2020).
AS juga meningkatkan pengawasannya di Laut Cina Selatan.
Selain itu, AS juga sedang memantau pergerakan pesawat pengebom dan kapal selam China.
"Ada kemungkinan besar bahwa AS akan semakin meningkatkan konfliknya dengan China sebelum piplres AS," kata Profesor Li Haidong dari Institut Hubungan Internasional Beijing kepada News.Com.Au.
(Danur Lambang Pristiandaru)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul ""Peluncur Roket China Bisa Menghancurkan Seluruh Pangkalan Militer Taiwan"")