"Disemangati oleh skala tragedi Palestina dan kesenangan komunitas internasional, Arafat tidak pernah menerima itu. Sebaliknya, dia mencari kesepakatan yang dia tahu secara politis tidak mungkin bagi lawan bicaranya di Israel,"
"Ketidakpedulian kompulsif terhadap konteks politik dan strategis ini menghancurkan peluang Palestina untuk mendapatkan perjanjian perdamaian yang realistis, adil, dan dapat dijalankan, dan tidak hanya pada saat itu. Faktanya, hal itu mungkin telah menghancurkan perjuangan Palestina sama sekali," sambungnya.
Saat konflik Israel-Palestina hampir dilupakan seluruh dunia, orang-orang Palestina dibiarkan tanpa kewarganegaraan.
Masih mungkinkah perdamaian tercipta?
Menurut Ben-Ami, solusi dua negara sudah mati dan terkubur.
"'Solusi' apa pun yang mungkin ditemukan di masa depan akan muncul bukan dari proses perdamaian yang tertib tetapi dari kekacauan, yang sifat tepatnya tidak mungkin diprediksi," tulisnya.
Bahkan menurutnya, kekacauan itu bisa merupakan kekerasan atau konflik langsung.
"Bisa jadi aneksasi sepihak. Ini bisa jadi kekerasan tiba-tiba Israel dari bagian Tepi Barat. Atau bisa juga konflik langsung," katanya.
"Ini adalah hukum besi dari konsekuensi yang tidak diinginkan di tempat kerja," pungkasnya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari