Find Us On Social Media :

Mampu Buat Geger Dunia, Berikut 8 Kisah Operasi Intelijen Israel Mossad, Serangan Siber, Sabotase, hingga Bunuh Musuh Lenyap Tak Berbekas

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 8 Agustus 2020 | 11:19 WIB

Polisi Israel

Salah satu foto yang diambil dari komputer menunjukkan pertemuan resmi pejabat nuklir Korea Utara (Korut) Chon Chibu dengan Othman.

Menurut laporan oleh David Makovsky di New Yorker dan laporan lainnya, gabungan pasukan khusus Mossad dan IDF kemudian berhasil menembus Suriah dan mengumpulkan sampel tanah serta bukti fisik lainnya dari situs nuklir.

Bahan-bahan yang diduga dikumpulkan oleh intelijen Mossad dan IDF akhirnya menyebabkan serangan udara IDF yang sukses menghancurkan fasilitas nuklir Suriah pada 6 September 2007.

4. Membunuh Tangan Kanan Bashar al-Assad pada 1 Agustus 2008

Baca Juga: Masih Terbatas untuk Kebutuhan Militer, Prabowo Ternyata Juga Pesan Maung SWB: 'Beliau Minta Maung dalam Dua Versi'

Muhammad Suleiman adalah seorang perwira angkatan bersenjata Suriah, yang juga tangan kanan Presiden Bashar al-Assad.

Ia terpilih untuk menjalankan program nuklir Suriah di luar rantai komando militer sehingga hampir tidak ada seorang pun di Suriah yang tahu tentang hal itu.

Pada tanggal 1 Agustus 2008, Suleiman ditemukan pingsan dan tewas di pantai dekat resor Suriah Tartus di mana dia berlibur.

Serangan itu dikaitkan dengan tembakan penembak jitu ke kepala dan leher, ditembakkan dari kapal pesiar yang terletak jauh di lepas pantai.

Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah hasil penembak jitu Mossad.

5. Menghabisi Teroris Imad Mughniyeh - 12 Februari 2008

Imad Mughniyeh mungkin adalah teroris paling dicari oleh Mossad dan Israel selama beberapa dekade terakhir.

Ia telah mendalangi serangan teror, terutama pemboman mobil, di seluruh dunia.

Mughniyeh sendiri adalah komandan militer terkemuka Hizbullah dan penghubung Iran dengan kelompok Lebanon itu serta berbagai kelompok lain.

Menurut laporan asing, Mossad mencoba membunuh beberapa kali dan hingga akhirnya berhasil pada bulan Februari 2008.

Pada tanggal 12 Februari 2008, Mughniyeh berhenti di tempat parkir. Saat itu ada pejabat lain yang tengah bersamanya sehingga Mossad tidak bisa menghabisinya.

Namun, malam itu dia kembali ke mobilnya sendirian. Kali ini Mossad diduga tidak mau ketinggalan dan ia pun "terhapus" dari dewan perang Iran-Hisbullah-Israel.

Baca Juga: Diregistrasi Minggu Depan, Rusia Ciptakan Vaksin Covid-19 Pertama di Dunia, 'Semua Biaya Ditanggung Pemerintah'

6. Menghantam Program Nuklir Iran dengan Serangan Siber, Pembunuhan, Sabotase - 2010

Untuk menghindari perlunya serangan militer terhadap program nuklir Iran, Mossad berusaha memperlambat program tersebut.

Mossad diduga terlibat pembunuhan sejumlah ilmuwan Iran baik sebelum dan sesudah 2010.

Badan intelijen asing dan lainnya mungkin juga terlibat dalam mencegat dan menyabotase peralatan yang dijual ke Iran oleh perusahaan komersial seperti Siemens, yang kemudian merusak program nuklir Iran.

Tapi yang paling berani dan canggih yang diduga merupakan operasi bersama Mossad dan CIA terhadap program nuklir Iran adalah menyebarkan virus siber Stuxnet.

Worm komputer ini menghancurkan sentrifugal nuklir Iran dalam serangan pada tahun 2009 dan 2010.

Oleh banyak pihak serangan ini adalah serangan maya paling dramatis sepanjang masa.

Lebih dari lima belas fasilitas Iran, termasuk Natanz, diserang dan disusupi oleh worm Stuxnet.

Baca Juga: Nyawa Balas Nyawa, Perut Seekor 'Monster' Buaya Dibelah Warga Usai Memangsa Hidup-hidup Bocah 14 Tahun yang Cari Siput di Sungai

Diperkirakan bahwa sekitar 1.000, atau sebanyak seperlima dari semua sentrifugal Iran pada saat itu, dihancurkan oleh virus.

Mantan wakil kepala Mossad Ram Ben Barak yang ditanya tentang Stuxnet tidak mengkonfirmasi apa yang paling diyakini sebagai peran kunci dalam perencanaan operasi.

Namun ia mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa, "Selama 15 tahun Iran telah mencoba untuk mendapatkan senjata nuklir, dan sampai sekarang tidak memilikinya.

Ia tidak memilikinya bukan karena tidak menginginkannya, tetapi karena banyak alasan yang menghentikannya dari berhasil dan kita perlu memastikan tidak pernah mendapatkannya,” katanya.

7. Membunuh Pakar Senjata Hamas-Hizbullah di Tunisia - 15 Desember 2016

Pada 15 Desember 2016, Muhammad al-Zawari ditembak mati di dekat kediamannya di Sfax, Tunisia, dalam hujan tembakan yang dilepaskan dari mobil yang melaju.

Zawari adalah seorang insinyur aeronautika yang memproduksi drone untuk Hamas, dan mungkin juga untuk Hizbullah.

Laporan dari Tunis menunjukkan bahwa ia juga mendesain kapal angkatan laut tanpa awak yang dapat menyerang kapal-kapal laut lainnya dari bawah air.

Tidak ada bukti untuk mengidentifikasi para pembunuh, yang dianggap oleh banyak orang sebagai agen Mossad.

Semua bukti yang ditemukan seperti telepon seluler, peredam suara dan mobil sewaan merujuk pada keterlibatan Mossad.

Bahkan barang-barang yang disewa dilaporkan dibeli oleh pihak ketiga untuk menipu sehingga tidak menyadari jika mereka telah membantu Mossad.

Baca Juga: Belum Selesai Pandemi Covid-19, Ada Lagi Penyakit Baru Menghantui di Tengah Pandemi Covid-19, Virus Tick Borne Disebut Sebagai Penyebabnya

8.Membunuh Ahli Senjata Hamas di Malaysia pada 22 April 2018

Fadi Muhammad al-Batsh sedang dalam perjalanan ke sebuah masjid di Kuala Lampur, Malaysia pada hari Sabtu ketika ia ditembak mati dalam sebuah aksi penembakan oleh pengendara sepeda motor.

Aksi ini sekilas mirip dengan serangan serupa di Tunisia. Batsh telah diidentifikasi sebagai ahli teknik listrik Hamas untuk merancang drone dan roket.

Pada hari Selasa, pemerintah Malaysia masih tidak memiliki nama untuk para tersangka. Mereka hanya merilis gambar yang dihasilkan komputer sebagai pelaku berdasarkan deskripsi para saksi.

Meski mempunyai rekaman video yang menunjukkan pelaku sengaja menunggu al-Batsh, namun indentifikasi tidak berhasil dilakukan karena para pelaku berhasil menutupi wajahnya.

Gambar komputer pun berpotensi tidak akurat karena rambut yang tumbuh di wajah bisa jadi bagian dari penyamaran.

Operasi ini mungkin cocok dengan pola operasi Mossad di Tunisia terkait pembunuhan insinyur senjata yang merupakan ancaman terhadap Israel dan tanpa meninggalkan jejak.

(*)