Find Us On Social Media :

Di Tengah Pandemi Covid-19, Mayat-mayat di Desa di Bali Ini Masih Tetap Diletakkan Begitu Saja di Bawah Pohon Tanpa Dikubur, Apa Alasan Mereka?

By Khaerunisa, Jumat, 7 Agustus 2020 | 11:10 WIB

Selama berabad-abad, orang Trunyan Bali telah meninggalkan jenazah mereka untuk membusuk di udara terbuka.

Baca Juga: Ular Kobra Sepanjang 1,8 Meter Membuat Sang Istri Histeris di Kamar Mandi, Berawal dari Niat Baik Sang Suami: '32 tahun Pernikahan Bisa dalam Masalah!'

Arjuna pun mengaku merasakan hal tersebut ketika anggota keluarganya meninggal.

"Seperti saat nenek saya meninggal, saya merasa dia dekat", tambahnya.

Hanya Ada 11 Tempat untuk Jenazah, Digunakan Bergantian

Di pemakaman Truyan hanya ada 11 tempat atau kuburan saja.

Sebelas tempat kuburan itu ditempatkan dekat dengan pohon beringin harum yang menyembunyikan bau busuk kematian, kata penduduk setempat.

Jumlah ini memang sudah menjadi ketentuan secara turun temurun yang diwariskan oleh leluhurnya.

Kemudian jika tempat sudah penuh, maka mayat yang lebih tua dipindahkan ke sekitar kuburan untuk memberi tempat bagi jenazah yang baru.

Baca Juga: Berusia 5.000 Tahun, Kuburan Massal Ini Ungkap Kisah Tragis pada Masa Lalu, Ilmuwan Berujar Ini Bukan Kebetulan Semata!

Ketika tidak ada daging yang tersisa, tengkorak orang yang telah lama meninggal ditempatkan di atas altar batu, sampai mereka juga hancur kembali ke alam.

Di dekatnya, ada pemakaman kedua untuk orang yang belum menikah dan anak-anak, sedangkan lokasi ketiga adalah bagi mereka yang meninggal kematian yang tidak wajar seperti pembunuhan atau meninggal karena penyakit akut.

Selain itu, barang-barang milik orang yang meninggal juga diletakan di sekitar kuburan.

Sandal karet, bungkusan rokok, tabung pasta gigi, panci, dan wajan tersebar di sekitar lokasi, bersama dengan keranjang berisi koin dan uang kusut - semuanya ditinggalkan oleh para pelayat untuk kerabat yang meninggal untuk digunakan di akhirat.