Nama berbagai kesatuannya merupakan adaptasi dari nama kesatuan militer Khilafah Utsmani.
Dilansir National Geographic, pada Perang Jawa, laskas Diponegero memakai nama dengan organisasi ala Turki Ustamani, yakni Bulkiya, Barjumuah, Turkiya, Harkiya, Larban, asseran, Pinilih, Surapadah.
Sipuding, Jagir, Suratandang, Jayengan, Suryagama, dan Wanang Prang. Hierarki merupakan kepangkatan beraksen Turki.
Alibasah setera dengan komandan divisi, basah setara komandan brigade, dulah setara komandan batalion, dan seh setara komandan kompi.
Pertama kalinya dalam militer Jawa dikenal kepangkatan seperti itu.
Pangeran Diponegara dan para laskarnya bersorban serta mencukur habis rambutnya atau gundul.
Serdadu Hindia Timur bukanlah orang Belanda asli. Pasukan tentara reguler infanteri, kavaleri, arteleri, dan pionir tediri atas orang Eropa dan pribumi.
Diperkuat Hulptroepen, yang merupakan kesatuan tentara pribumi dari legiun Mangkunegaran, barisan Natapraja, Sumenep, Madura, Pamekasan, Bali, Manado, Gorontalo, Buton, dan Kepulauan Maluku.