Find Us On Social Media :

Menilik Gaya Militer Turki Utsmani di Balik Perang Jawa Pimpinan Pangeran Diponegoro, Perang Lima Tahun yang Nyaris Buat Belanda Lenyapkan Keraton Yogyakarta

By Khaerunisa, Sabtu, 25 Juli 2020 | 14:44 WIB

Gambaran penyerangan kediaman Pangeran Dipanagara oleh Belanda, 20 Juli 1825, pemicu Perang Jawa. Lu

Baca Juga: Hamil di Tengah Pandemi seperti Artis Cantik Rianti Cartwright? Hal-hal Ini yang Harus Diperhatikan Agar Ibu dan Janin Tetap Sehat!

Nama berbagai kesatuannya merupakan adaptasi dari nama kesatuan militer Khilafah Utsmani.

Dilansir National Geographic, pada Perang Jawa, laskas Diponegero memakai nama dengan organisasi ala Turki Ustamani, yakni Bulkiya, Barjumuah, Turkiya, Harkiya, Larban, asseran, Pinilih, Surapadah.

Sipuding, Jagir, Suratandang, Jayengan, Suryagama, dan Wanang Prang. Hierarki merupakan kepangkatan beraksen Turki.

Alibasah setera dengan komandan divisi, basah setara komandan brigade, dulah setara komandan batalion, dan seh setara komandan kompi.

Baca Juga: Kisah Pilu Dea yang Kehilangan Ayah, Ibu, dan Kakaknya yang Sedang Mengandung Hanya Dalam 4 Hari, 'Masih Pikir Virus Corona Tidak Ada?'

Pertama kalinya dalam militer Jawa dikenal kepangkatan seperti itu.

Pangeran Diponegara dan para laskarnya bersorban serta mencukur habis rambutnya atau gundul.

Serdadu Hindia Timur bukanlah orang Belanda asli. Pasukan tentara reguler infanteri, kavaleri, arteleri, dan pionir tediri atas orang Eropa dan pribumi.

Diperkuat Hulptroepen, yang merupakan kesatuan tentara pribumi dari legiun Mangkunegaran, barisan Natapraja, Sumenep, Madura, Pamekasan, Bali, Manado, Gorontalo, Buton, dan Kepulauan Maluku.