Advertorial

Sejarah 'Indah' Kiai Nogo Siluman, Keris Sakti Pangeran Diponegoro yang Dikembalikan ke Indonesia oleh Raja dan Ratu Belanda, Kesaksian Tokoh ini Buktikan Perjalanan Panjangnya

May N

Editor

Intisari-online.com -Sebilah keris milik Pangeran Diponegoro yang sempat tidak diketahui kabarnya, akhirnya ditemukan dan dikembalikan ke Indonesia.

Keris ini ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, dan beberapa hari kemudian langsung diserahkan ke Museum Nasional Indonesia.

Kabar tersebut disampaikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda.

"Saya bahagia bahwa penelitian mendalam ini, yang diperkuat ahli Belanda dan Indonesia, menjelaskan bahwa ini adalah keris yang dicari-cari selama ini."

Baca Juga: Satu Keluarga Tewas Keracunan Setelah Makan Ikan Buntal, Ini Efek pada Tubuh Orang yang Nekat Memakan Ikan Buntal

Keris tersebut diserahkan oleh Raja dan Ratu Belanda sendiri ke Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3).

Kunjungan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima membawa kesan bagi bangsa Indonesia. Mereka secara resmi menyerahkan benda bersejarah peninggalan bagi bangsa Indonesia yang ratusan tahun disimpan di Belanda.

Keris bersejarah itu merupakan salah satu koleksi dari musuh bebuyutan bangsa Belanda dalam perang di tanah Jawa pada 1825 – 1830.

Keris itu sampai di tanah kincir angin sebagai bukti Belanda telah mengalahkan perlawanan Pangeran Diponegoro di perang Jawa.

Baca Juga: Sering Dibuang, Ternyata Air Rebusan Mi Instan Juga Punya Manfaat Loh

Penelusuran keaslian keris ini memang memerlukan jalan pajang.

Berdasarkan catatan Sejarawan UGM yang terlibat dalam proses verifikasi keris Pangeran Diponegoro di Belanda yakni Sri Margana, proses verifikasi keris ini berlangsung pada Bulan Februari 2020.

Sri Margana seperti di kutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengaku dirinya sempat memiliki sedikit perbedaan pendapat dengan tim peneliti dari Belanda tentang salah satu dari tiga binatang yang diukirkan pada keris itu.

Tim sebelumnya menyatakan bahwa binatang ketiga itu adalah singa, harimau atau gajah.

Baca Juga: Akibat Virus Corona, Tiket Pesawat dari Jakarta ke Luar Negeri Jadi Murah, ke Seoul Hanya Jadi Rp181.000!

Namun, setelah melihat langsung objeknya Sri Margana memastikan bahwa binatang yang diinterpretasikan sebagai gajah, singa atau harimau itu sebenarnya adalah Naga Siluman Jawa.

"Dari ukiran Naga Siluman Jawa ini saya berkeyakinan bahwa keris ini adalah keris Pangeran Diponegoro yang dinamai Naga Siluman itu," kata Sri Margana, Sabtu (7/3).

Kesimpulan Margana ini dibernarkan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid.

Hilmar adalah juga seorang sejarawan.

Baca Juga: Jumlah Pasien Virus Corona di Indonesia Bertambah, Ini Fakta Terbaru Virus Corona, Termasuk Lama Waktu Virus Bertahan

Selain itu pendapatnya didukung oleh Duta Besar RI untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja.

Tak hanya itu, sejarawan yang juga jurnalis Bonnie Triyana, yang menjadi bagian dari delegasi Indonesia mendukung pendapat ini.

Margana juga menceritakan perjalanan panjang bagaimana Keris Pangeran Diponegoro ini bisa ditemukan.

Sebelumnya Museum Volkenkunde di Leiden sudah lama mencoba mencari Keris Diponegoro yang ada di koleksinya sejak tahun 1984.

Baca Juga: Saat Negara Lain Kelabakan Atasi Virus Corona, Korea Utara Yakin Covid-19 Dapat Dikalahkan dalam Waktu Satu Bulan Saja

Orang pertama yang melakukan upaya ini adalah Pieter Pott kurator museum dan kemudian menjadi Direktur Museum, kemudian diikuti oleh Prof. Susan Legene dari Frije Universiteit Amsterdam, Johanna Leifeldt (1917) dan Tom Quist (2019).

Dari penelitian yang dilakukan oleh empat peneliti itu menemukan ada tiga keris yang diduga milik Pangeran Diponegoro.

Akhirnya pada tahun 2019 peneliti lain Tom Quist sepakat dengan pendapat Johanna Leifeldt bahwa dua keris yang lain yang ditemukan oleh Pieter Pott dan Susan Legense dipastikan bukan keris milik Pangeran Diponegoro.

Kepastian bahwa keris Diponegoro ada di Belanda dibuktikan dari tiga dokumen penting.

Baca Juga: Tetap Mengelak Meski Nyaris 200 Tentaranya Tewas Karena Corona, Kim Jong Un Minta Warganya Gunakan Air Garam untuk Mencegah Corona

Pertama adalah dokumen korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831.

Dalam korespondensi itu menyebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro.

Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu, pada tahun 1883 keris ini diserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.

Dokumen kedua, adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo yang ditulis dalam Bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Belanda.

Baca Juga: Pernah Jajah Indonesia Selama 3,5 Abad, Raja Belanda Minta Maaf dan Akui Kemerdekaan Indonesia di Hadapan Presiden Jokowi

Dalam surat itu Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.

Dokumen ketiga berasal dari catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro.

Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo.

Dalam catatan itu, Raden Saleh yang telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Naga Siluman dan ciri-ciri fisik keris itu.

Baca Juga: Jumlah Pasien Virus Corona di Indonesia Capai 27 Orang, Ini 8 Informasi Pasien Tambahan, Kasus Nomor 27 ‘Unik’

Dari ketiga dokumen itu para peneliti di Belanda yakin bahwa keris koleksi Museum Volkenkunde Leiden dengan nomor seri 360-8084 lah yang dianggap paling mendekati dengan kesaksian tiga dokumen itu.

Kemuddian pada Januari 2020 Tim verifikasi dari Viena Austria, Habil Jani Kuhnt-Saptodewo diminta menverifikasi temuan tim Belanda itu menyatakan yakin bahwa Tom Quist dan Johanna Leijfeldt telah menghadirkan dokumen dan arsip arsip yang meyakinkan untuk menyatakan bahwa keris itu milik Pangeran Dipnegoro.

Setelah itu, bulan Februari 2020 ia diminta oleh Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan kebudayaan untuk menverifikasi hasil temuan Provenant Research di Museum Volkenkunde Leiden itu, untuk memastikan bahwa keris itu milik Pangeran Diponegoro.

"Ini penting karena bukti sejarah tentang Pangeran Diponegoro semakin lengkap. Semoga ini nanti akan diikuti dengan pengembalian benda sejarah lainnya yang masih ada di Belanda," tegas Margana.

Baca Juga: Kasus Pasutri Bunuh Diri dan Tulis Pesan Untuk Anak-anaknya, ‘Di Dompet Bapak Ada Uang Untuk Kepentingan Hari Ini. Maaf, Maaf Ya Nak, Jaga Adikmu’

Tiga benda yang pernah dipakai Pangeran Diponegoro juga dikembalikan, yakni payung kehormatan, tombak, dan pelana kuda.

Kemudian di saat bersamaan Yayasan Granje-Nassau menghadiahkan lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dibuat oleh Raden Saleh.

Tahun 2015, sebuah tongkat milik Pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia dan disimpan di Museum Nasional.

Tongkat bernama Kanjeng Kyai Cokro ini sebelumnya disimpan selama 181 tahun oleh keluarga keturunan Jean Chretien Baud, yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1833-1834.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu: Mengenali Serangan Jantung, yang Berbeda Antara Pria dan Wanita, Termasuk Rasa Sakit di Bahu, Leher, dan Rahang

(Abdul Basith)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Catatan Sejarawan UGM, soal keaslian keris Pangeran Diponegoro dari Belanda

Artikel Terkait