Penulis
Terus-terusan Gempur Iran, Terkuak Alasan Israel Lakukan Hal Tersebut: 'Kami Ingin Segera Berkonfrontasi Sebelum Pemilu', Rupanya Pemilu Ini yang Dimaksud
Intisari-online.com -Beberapa minggu ini, Iran terus-terusan digempur oleh Israel dengan bom dan tembakan bersenjata di fasilitas militer mereka.
Termasuk dari serangan-serangan itu adalah produksi misil skala besar dan fasilitas nuklir yang makin dikembangkan.
Mengutip Business Insider, ini adalah bagian dari kampanye lebih luas untuk menghancurkan Iran.
Tidak tanggung-tanggung, Israel benar-benar menekan Iran agar terjadi konfrontasi militer besar.
Seorang mantan pejabat pertahanan Israel mengatakan kepada Insider, merupakan hal umum jika beberapa serangan terbaru di Iran dilakukan oleh intel Israel.
Hal ini juga dibenarkan oleh pejabat Uni Eropa.
Israel sangat ingin memulai operasi penghancuran besar-besaran sebelum dilaksanakan pemilu, pasalnya setelah pemilu nanti keadaan bisa berubah.
Namun pemilu apa yang mereka maksud?
Rupanya, yang mereka maksud adalah pemilu presiden AS.
Istilahnya, mumpung Donald Trump masih memegang tampuk kekuasaan, Israel ingin memaksimalkan tekanan untuk menghancurkan Iran.
Mereka takut jika November nanti Donald Trump tidak terpilih lagi menjadi presiden AS.
Dan memang, serangan militer yang dialami Iran sudah sangat parah.
Iran sudah mengalami insiden mingguan, termasuk ledakan fasilitas produksi misil pada 22 Juni kemarin.
Kemudian pada 2 Juli, fasilitas nuklir Natanz, yaitu pusat uranium terbanyak Iran juga diledakkan oleh Israel.
Kemudian pada Rabu kemarin, tempat berlabuhnya kapal di pelabuhan kota Bushehr juga diledakkan.
Serangan-serangan ini telah membuat Iran hampir kehabisan kesabaran, dengan hampir laporan harian terkait kebakaran, ledakan dan kondisi yang berpotensi bisa sebabkan sabotase luar negeri.
Baca Juga: Ingin Hidup Sehat dan Berumur Hingga 100 Tahun Bahkan Lebih? Terapkan Saja Pola Makan Ini!
Pejabat Timur Tengah mengatakan kepada New York Times awal bulan ini jika unit intel Israel bertanggung jawab penuh terkait ledakan fasilitas nuklir Iran.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi mengatakan dalam konferesi pers pada 5 Juli bahwa terkait Iran, "kami mengambil tindakan yang lebih baik tidak disebutkan."
Pejabat tinggi Iran sendiri mengatakan sebagian besar insiden yang dilaporkan merupakan kecelakaan normal.
Namun dalam beberapa kasus, sabotase oleh musuh sudah tercium.
Sementara terkait pernyataan mantan pejabat pertahanan Israel bahwa sudah umum Israel ingin menggempur Iran, ia mengucapkan "aku tidak tahu yang mana tepatnya, pun juga tidak akan aku katakan.
"Namun, poin penting yang bisa ditarik adalah agar Iran merasa tertekan menebak apa yang mungkin akan kami lakukan," ujarnya.
Pejabat itu, yang namanya minta untuk dirahasiakan, mengatakan kebijakan Israel terhadap Iran sudah sangat jelas.
"Kami putuskan untuk ikuti cara administrasi Trump dalam beri tekanan maksimum kepada Iran," ujarnya.
Tekanan maksimum, strategi minimum
Serangan itu sepertinya merupakan bagian dari kampanye 'tekanan maksimum, strategi minimum' yang disebutkan oleh pejabat intel Uni Eropa yang namanya tidak ingin disebutkan.
Sumber itu mengatakan Iran dapat saja mempertimbangkan respon kasar setelah melihat amarah mereka memuncak setelah kematian Qassem Soleimani dari serangan AS.
"Adalah satu hal yang cukup sulit untuk meminta perhatian orang terarah lagi kepada insiden kematian Soleimani dalam kondisi krisis Covid-19 dan faktor global lain," ujar pejabat itu.
"Dan lebih sulit lagi untuk lakukan rangkaian operasi yang cepat tanpa strategi.
"Serta, kutakutkan rencana Israel adalah memprovokasi Iran agar merespon dengan tegangan militer ditingkatkan saat Trump masih menjadi presiden."
Joe Biden mengusung hal berbeda
Israel juga berpendapat, ketika nanti pemilu mungkin dimenangkan oleh Joe Biden, administrasinya akan kembali menyelamatkan kesepakatan nuklir tahun 2015 lalu yang sudah ditentang oleh Trump.
Sedangkan saat ini, banyak yang percaya jika Trump tidak akan menang pemilu untuk kedua kalinya.
"Akan berkurang niatan untuk lakukan tindakan barbar dan misi rahasia seperti ledakkan fasilitas nuklir di bawah administrasi Biden," ujar pejabat Uni Eropa.
Saat ditanya seberapa banyak aliansi Amerika berpengaruh terhadap niat mereka membuat kebijakan, pejabat itu menjawab dengan blak-blakan.
"Ada alasan mengapa kami semua mengikuti pemilu AS dan menonton CNN setiap hari," jawabnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini