Covid Hari Ini 12 Juli 2020: Jika Vaksin Telah Ada, Akankah Penyebarannya Rata untuk Semua Negara?

May N

Penulis

tidak terhindarkan, saat vaksin Corona sudah siap negara-negara maju akan rebutan vaksin tersebut, menyisakan negara miskin ketidakmampuan membelinya

Covid Hari Ini 12 Juli 2020: Jika Vaksin Telah Ada, Akankah Penyebarannya Rata untuk Semua Negara?

Intisari-online.com -Ada sedikit kabar gembira mengenai pandemi virus Corona.

Kabar baiknya, banyak vaksin virus ini yang mulai tunjukkan hasil percobaan yang signifikan.

Namun hal tersebut kemudian memunculkan prahara baru.

Jika sudah ada vaksin, maka pastinya penjualannya akan fantastis.

Baca Juga: Girang Dinikahi Pria 45 Tahun Lebih Muda, Malamnya Langsung Tancap Gas 'Ritual Malam Pertama', Paginya Nenek Ini Mengeluh Kesakitan Pada Bagian Intim, 'Aku Seperti Menunggang Kuda

Ahli telah peringatkan bahwa nasionalisme memunculkan perburuan vaksin dan obat Covid-19.

Hal itu akan merusak ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Analis di Eurasia Group berspekulasi, ketegangan atas vaksin corona akan memanas selama musim panas dan memprediksi pertempuran akses akan merentang hingga 2021 atau 2022.

"Negara-negara kaya dan miskin akan terlibat dalam upaya pengadaan yang agresif dengan implikasi politik, ekonomi, dan kesehatan masyarakat yang signifikan," kata para ahli dalam catatan awal tahun ini seperti dilansir dari CNBC Internasional.

Baca Juga: Gegara Cecunguk Ini, Malam Pertama yang Ditunggu-tunggu Sepasang Pengantin Baru Rusak Berantakan Setelah Ia Nekat Susupi Kamar Pengantin, Akal Bulusnya Benar-benar Bejat

Kelompok penelitian berpendapat, sejumlah negara telah berusaha untuk merebut akses pertama terhadap vaksin melalui investasi skala besar.

"Di AS, Otoritas Pengembangan Penelitian Canggih Biomedis (BARDA) telah menyebarkan investasinya di sejumlah kandidat vaksin dalam upaya untuk mengurangi risiko keuangan bagi perusahaan farmasi dan mengunci akses prioritas ke vaksin yang sukses," ujar penulis.

Negara-negara di dunia berlomba dapatkan vaksin

BARDA memiliki kepentingan finansial dalam kandidat vaksin Moderna, dan telah berinvestasi dalam penelitian awal yang dilakukan oleh perusahaan Prancis Sanofi dan GlaxoSmithKline dari Inggris.

Baca Juga: Punya Utang Rp5.258 Triliun, dan Terus Bertambah Sepanjang Waktu Ternyata Segini Total Aset yang Dimiliki Indonesia, Benarkah Aman dari Kebangkrutan?

Pada Mei, AS juga menginvestasikan 1 miliar dollar AS untuk vaksin potensial AstraZeneca, yang tengah dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford.

Raksasa farmasi Inggris-Swedia ini menargetkan memproduksi dua miliar dosis vaksin, dan meluncurkan 400 juta dosis ke AS dan Inggris pada Oktober mendatang.

Vaksin AstraZeneca juga telah menerima investasi jutaan dolar dari pemerintah Inggris dan pembayaran 843 juta dollar AS dari beberapa negara Uni Eropa, yang telah mengamankan akses ke vaksin jika terbukti efektif.

Sementara itu, Dewan Riset Nasional pemerintah Kanada telah menandatangani kesepakatan dengan CanSino Biologics China untuk memproduksi vaksinnya dan melakukan uji klinis di Kanada musim panas ini.

Baca Juga: Derita Penyakit GERD? Ini 4 Jenis Makanan yang Harus Anda Hindari

Menurut analis Eurasia, hal ini memberi jalur masuk akses pada Kanada.

Ekonomi global akan hancur tanpa vaksin

Ian Goldin, profesor Globalisasi dan Pembangunan di Universitas Oxford dan mantan wakil presiden Bank Dunia, juga memperingatkan akan ada konsekuensi jika negara berusaha membuat distribusi vaksin menjadi perusahaan nasional.

"Tidak seharusnya negara dengan kantong terdalam (kaya) mampu melindungi warganya tetapi di negara-negara miskin oran-orang mati," lanjut dia.

Baca Juga: Hadiri Pernikahannya Sendiri, Wanita Ini Justru Terlihat Jijik Melihat Calon Suaminya dan Tidak Menutup-tutupi Hal Tersebut Layaknya Dipaksa Menikah, Rupanya Hal Mengenaskan Ini Penyebabnya

Goldin mengatakan kegagalan untuk menginokulasi atau mensterilkan populasi global terhadap Covid-19 akan memiliki implikasi ekonomi jangka panjang.

"Selama beberapa bagian dunia menderita corona virus, ekonomi global tidak dapat pulih," papar dia.

Lebih lanjut, selama ada di suatu tempat, virus dapat bermutasi, bergerak, dan bagian dari ekonomi dunia akan hancur.

Tara Raveendran, kepala penelitian ilmu kehidupan di Shore Capital, menyampaikan bahwa beberapa peneliti, seperti yang ada di BioNTech dan Moderna, sedang mengembangkan teknologi vaksin mRNA, yang memungkinkan peningkatan produksi dengan mudah.

Baca Juga: Sempat Tidak Ada Kasus Baru Hingga Sebulan Lamanya, Tiba-tiba Hong Kong Diterjang Gelombang 3 Covid-19, Bikin Seluruh Sekolah Kembali Ditutup

Namun, ia menambahkan bahwa ini mungkin tidak cukup untuk mengimbangi agenda akses awal negara-negara tertentu.

"Gagasan bahwa negara-negara yang mampu, akan bergerak terlebih dahulu untuk mengamankan sumber daya yang langka dan perlu dibagikan secara merata pasti menimbulkan masalah," imbuh dia.

Raveendran mencatat bahwa penimbunan vaksin Covid-19 akan membuat pengembangannya menjadi upaya yang layak secara komersial, itu bisa merugikan kesehatan masyarakat.

"Kita harus sangat menyadari bagaimana mendistribusikan sumber daya yang sangat terbatas pada awalnya," lanjut dia.

Baca Juga: Borok China Mulai Terbongkar, Ahli dari Amerika Bocorkan Banyak Ilmuwan di Wuhan yang Jadi Pembelot, Bongkar kebohongan China Soal Covid-19

Goldin menambahkan, jika virus bermutasi di bagian dunia yang tidak dapat mengakses vaksin, Covid-19 akan menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat global, bahkan bagi mereka yang diimunisasi.

Jauh dari penemuan vaksin

Menurut John Rountree, mitra pengelola di Novasecta, tantangan distribusi dan pasokan jauh lebih dapat dipecahkan daripada menemukan vaksin yang berfungsi.

"Akses yang adil membutuhkan kolaborasi antara perusahaan farmasi, pemerintah, dan organisasi yang berpusat pada pasien, tetapi saya tidak ragu bahwa itu akan diselesaikan," ujarnya.

Baca Juga: Dendam Kesumat Gegara Patah Hati, Sang Mantan Nekat Beraksi Tiap Malam Jumat, Satroni Ruman Mantan Pasangannya untuk Lakukan Hal Ini

Ia menilai, perusahaan farmasi memiliki kepentingan dalam profitabilitas bagi pemegang saham.

Sementara itu, pemerintah memiliki kepentingan untuk membuat orang diperlakukan dengan sama.

Presiden Donald Trump telah menyuarakan ambisi untuk vaksin yang akan dikembangkan dan didistribusikan pada akhir tahun ini.

Hal itu dilakukan dalam sebuah proyek yang dijuluki Operation Warp Speed.

Baca Juga: Tak Perlu Senewen China Klaim Batik Sebagai Kerajinan Negaranya, UNESCO Punya Alasan Kuat Sebut Batik Milik Indonesia

Meski begitu, para ahli medis, termasuk Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular top pemerintah AS, telah meragukan tujuan Trump.

Sejauh ini, WHO mengungkapkan bahwa setidaknya ada 160 vaksin Covid-19 yang potensial sedang diuji di seluruh dunia.

(Mela Arnani)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Negara Maju Berkompetisi Dapatkan Vaksin Corona"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait