Find Us On Social Media :

PHK Jadi Alasan Banyak Orang Nekat Mudik Meski Dilarang, Ini Kisah Mereka: Ada yang Rela Jalan Kaki Ratusan Kilometer hingga Ada yang Berakhir Gagal

By Khaerunisa, Rabu, 20 Mei 2020 | 17:23 WIB

(Ilustrasi) Mudik

Intisari-Online.com - Pemerintah larang warga mudik demi mencegah penyebaran virus corona.

Meski begitu, ada sebagian orang yang nekat mudik dengan melakukan berbagai cara.

Banyak dari mereka yang nekat mudik dengan alasan tak punya penghasilan lagi setelah di-PHK dari pekerjaan di tanah rantau.

Melansir Kompas.com (20/5/2020), Baru-baru ini kisah itu dialami Maulana Agus Arif Budi Satrio, seorang Warga Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Baca Juga: Kejam Tak Kepalang, Dilarang Mudik, Seorang Ibu Tega Membacok Anaknya Sendiri Saat Korban Tidur

Bahkan, demi sampai ke kampung halaman, pria 38 tahun ini nekat berjalan kaki dari Cibubur, Jakarta Timur hingga Gringsing, Kabupaten Batang.

Total jarak yang ditempuhnya dengan jalan kaki yaitu sejauh 440 kilometer.

Ya, warga Solo ini menjadi satu dari banyaknya perantau di Jakarta yang menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tengah pandemi.

Pria yang akrab disapa Rio ini piun kehabisan uang untuk pulang ke kampung halamannya.

Baca Juga: Peta Corona Dunia: Melacak Wabah Pandemi dan yang Perlu Perawatan

Perjalanan dari Jakarta ke Kabupaten Batang ditempuhnya selama kurang lebih empat hari, di mana sehari ia berjalan sekitar 100 kilometer.

Dalam perjalanan panjang itu, Rio tetap berpuasa.

Rio menceritakan bahwa selama berjalan kaki, medan yang terlalu berat adalah di kawasan Karawang Timur sampai Tegal.

Itu karena udara di daerah-daerah itu sangat panas.

Baca Juga: 7 Manfaat Sari Kurma Madu Angkak yang Perlu Anda Ketahui, Yuk Cek!

"Sampai gosong semua kulit saya karena panas," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Gedung Graha Niaga Solo, Jawa Tengah, Selasa (19/5/2020).

Pria ini sebelumnya bekerja sebagai sopir bus pariwisata sejak tahun 2017.

Sebelum adanya pandemi corona, bisnis penyewaan bus tempatnya bekerja di Jakarta masih berjalan baik.

Sayangnya, sejak 8 Mei lalu Rio di-PHK dari tempatnya bekerja.

Baca Juga: Tergesa-gesa Longgarkan Lockdown dan Mulai Buka Gerai-gerai Toko, Kasus Baru dan Kematian Akibat Virus Corona di Italia Langsung Melonjak Tajam

Bukan keputusan sesaat bagi Rio untuk pulang kampung. Ia pun sempat mempertimbangkan berbagai hal.

Namun, keadaan akhirnya membuat pria ini mengambil keputusan untuk pulang ke Solo.

Alasannya karena di Jakarta ia harus membayar uang sewa kontrakan dan harus mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara ia sudah tak lagi memiliki sumber panghasilan.

Malangnya, ia harus menghadapi kenyataan memilukan lainnya saat mengetahui tarif angkutn umum yang sangat mahal.

Baca Juga: Kejamnya Program Militer Israel, Tentaranya Dipaksa Menari Sampai Lemas Terjatuh Sambil Diiringi Musik Arab: 'AKhiri Saja! Saya Tidak Tahan Lagi!'

"Saya mencoba naik angkutan umum, tapi sangat mahal, Rp 500.000 tarifnya. Terus yang datang bukan bus tapi Elf, dan penumpangnya melebihi kapasitas," ungkapnya.

Karena yang datang bukan bus, ia pun kemudian meminta uangnya.

Paginya, Rio kemudian meminjam mobil pribadi demi untuk pulang ke kampung halamannya.

Namun, sampai di Cikarang ia ribut dengan petugas yang menyuruhnya untuk putar balik, tidak ingin ribut terlalu lama dengan petugas, Rio akhirnya putar balik dan kembali lagi ke pool.

Baca Juga: Monster Loch Ness jadi Misteri Berabad-abad, Ilmuwan Ungkap 'Bukan Tidak Mungkin Belut Tumbuh Sepanjang 4 Meter'

Setelah itu, ia pun berpikir bahwa jalan satu-satunya untuk bisa pulang ke Solo adalah dengan berjalan kaki.

Jadilah pria ini berjalan kaki menuju Solo meski sempat dicegah oleh teman-temannya.

"Saya tidak mau merepotkan mereka. Saya habis shalat subuh langsung berangkat dari Cibubur, jalan kaki ke Solo," katanya.

Berangkat dari Cibubur pada Senin (11/5/2020) setelah sholat subuh, Rio sampai di Gringsing Kabupaten Batang pada Kamis (14/5/2020) sore.

Baca Juga: 'Lingkungan Setan' Penjara Wanita Nerve Tirza di Israel, Sel Sempit yang Dihuni Banyak Tahanan hingga Sering Terjadi Pemukulan

Setelah berjalan kaki kurang lebih 440 kilometer selama 4 hari, Rio akhirnya dijemput oleh Komunitas Pengemudi Pariwisata Indonesia (Peparindo) dan diantarkan ke Solo oleh mereka.

Ia sampai di Solo pada Jumat pagi, kemudian segera dibawa ke gedung karantina milik Pemkot Solo di Graha Wisata Niaga untuk menjalani karantina selama 14 hari.

Kisah Korban PHK Gagal Mudik

Rio beruntung karena dengan kenekatannya berjalan kaki, ia masih bisa sampai di Solo, meski tentunya berat dilakukan.

Nasib berbeda dialami oleh Rewina yang harus menelan kekecewaan karena gagal mudik.

Padahal, dia sudah berniat untuk sementara waktu tinggal di kampung halamannya sambil mencari pekerjaan baru.

Hal itu karena dia menjadi salah satu korban PHK sejak akhir maret lalu.

Baca Juga: Manfaat Masker Ovale Lemon untuk Atasi Peradangan dan Jerawat, Mau?

"Kalau di sini siapa yang nanggung biaya ini itu, setidaknya saya sampai dulu deh di rumah. Kalau sudah di sana lebih tenang, ada keluarga,” ujar Rewina kepada Kompas.com, Jumat (24/4/2020).

Namun, Rewina yang sudah terlanjur mengemas barang-barang dan membeli tiket pesawat jauh sebelum adanya larangan mudik terpaksa membatalkannya.

Kondisi yang dialaminya membuat Rewina bingung karena sudah tidak memiliki pekerjan.

“Saya jadi bingung, karena sudah enggak bisa ngapa-ngapain di Jakarta. Sudah enggak kerja, enggak bisa pulang pula," ungkapnya.

Namun, Rewina saat itu mengungkapkan kepada Kompas.com bahwa ia masih terus mencari informasi mengenai larangan mudik dan jadwal penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma.

Baca Juga: Tidak Memakai Celana Dalam Justru Lebih Sehat, Benarkah?

Banyak Warga Tinggalkan Jakarta karena Tak Lagi Punya Penghasilan

Bukan hanya Rio yang nekat berjalan kaki dari Jakarta menuju Solo dan Rewina yang terus berusaha bisa pulang ke kampung halaman karena PHK.

Mengutip Kompas.com, Dari ribuan orang yang dilaporkan meninggalkan Jakarta dan pulang ke kampung halaman memiliki alasan serupa.

Rata-rata mereka yang memilih mudik adalah warga yang terdampak perekonomiannya akibat pandemi Covid-19.

Mereka kebanyak para buruh pabrik hingga pedagang keliling.

Baca Juga: Belum Ada Tanda Konflik Berakhir, Anggaran Militer China untuk Persiapkan Baku Tembak Dengan Militer Amerika Jadi Membengkak, Lihat Angkanya!

Selama di PSBB Jakarta, pendapatan mereka langsung turun drastis bahkan nol rupiah.

Hal ini memaksa mereka angkat kaki dan tetap nekat pulang kampung.

"Kebanyakan alasan mereka saat ditanya kenapa mudik, mereka bilang 'bagaimana saya enggak pulang kampung Pak, saya sudah enggak kerja buat bayar kontrakan, saya enggak punya duit lagi', jawabannya begitu," ucap Revi saat meniru percakapan dengan penumpang, Senin (20/4/2020).

Bahkan, alasan mudik jadi satu-satunya pilihan penumpang dalam melanjutkan hidup dengan cara mencari pekerjaan di kampung halaman.

Sebab, pekerjaan mereka berhenti saat PSBB ini diterapkan.

Baca Juga: Hadapi Corona: 18 Makanan Sehat yang Bisa Dibeli dalam Jumlah Besar

"Mereka lanjut cerita, kalau di kampungnya masih bisa bekerja, ada saudara dan keluarga di sana jawabannya itu melulu. Kebanyakan yang saya lihat pekerja pabrik sama harian lepas, ada yang pedagang ada pedagang keliling," kata Revi.

"Ada yang bilang katanya kalau dagang tidak ada yang beli, yang kerja di pabrik kantornya tutup," sambung Revi.

Sementara itu, hingga saat ini Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus positif terbanyak di Indonesia.

Data hingga Rabu (20/5/2020), total kasus positif Covid-19 di Indonesia yaitu 19.189 orang.

Sementara itu di Jakarta ada sebanyak 6.236 kasus positif Covid-19, lebih tinggi sekitar 4.000 kasus dibanding provinsi di peringkat kedua terbanyak yaitu Jawa Barat yang mencatatkan 2.496 kasus.

Baca Juga: Menjadi Introvert adalah Hal Paling Menakjubkan, Mau Tahu Istimewanya?