Find Us On Social Media :

Temui Ali Hassan Salameh, Teroris Flamboyan yang Bukan Hanya Diburu oleh Mossad tapi Juga oleh Banyak Wanita yang Tergila-gila Padanya

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 14 Mei 2020 | 10:44 WIB

Ali Hassan Salameh

Intisari-Online.com - Agen rahasia Israel, Mossad pernah memburu tokoh teroris yang paling sulit dilumpuhkan, Ali Hassan Salameh.

Salameh dikenal sebagai teroris yang pandai menyamar, membuat tergila-gila para wanita, dan kelompoknya kerap melancarkan serangan mematikan ke target-target Israel di tahun 1970-an.

Salameh yang terus diburu-buru dan memiliki nama lain Abu Hassan sudah menjadi tokoh besar di kalangan PLO dan kelompok teroris Black September.

Mossad pernah melakukan operasi pembunuhan terhadap Salameh di Norwegia tetapi ternyata salah sasaran.

Baca Juga: Covid Hari Ini 14 Mei 2020: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Capai 15.438, Pemerintah Tak Larang Mudik Lokal, Ini Aturan untuk Pengguna Motor Saat Lebaran

Pada saat itu sesungguhnya Salameh memang berada di negara itu. Tapi dirinya ternyata luput dari incaran Mossad dan setelah peristiwa itu, dia malah makin piawai.

Salameh juga dikenal sebagai ahli menyamar dan berkali-kali lolos dari buruan Mossad.

Keahlian menyamar itu ternyata diperoleh dari rekannya yang menjadi tokoh teroris dunia yang jago menyamar dan meloloskan diri, Carlos The Jackal.

Tapi Salameh mulai menunjukkan kelemahannya saat bermukim kembali ke Beirut dan menikah lagi dengan gadis Lebanon, Georgina Rizak.

Baca Juga: Dialah Ali Hassan Salameh, Teroris yang Tak Hanya Diburu oleh Mossad tapi Juga Para Wanita

Georgina yang sangat menyukai Salameh pernah menjadi Ratu Kecantikan Sejagat tahun 1971.

Kepopuleran Georgina RIzak lah yang membuat Mossad berhasil mencium keberadaan Salameh dan kemudian merancang operasi pembunuhan.

Untuk memasuki Beirut agen Mossad yang terdiri dari tim pria dan wanita tidak mengalami banyak kesulitan.

Bahkan untuk mendeteksi kediaman Salameh yang berada di suatu apartemen dan kebiasaannya wara-wiri ke istri barunya juga makin mempermudah aksi Mossad.

Baca Juga: Pria Ini Beri Uang Kepada Seorang Janda untuk Melunasi Utangnya, untuk Kemudian Merampok Si Penagih Utang agar Uangnya Kembali

Sialnya Salameh dan pengawalnya yang selama ini selalu waspada dan curiga tidak menyadari bahwa seorang agen wanita Mossad, Erika Mary Chambers, yang tinggal di seberang apartemen Salameh selalu mengawasinya.

Erika yang dikenal sebagai wanita genit dan penggemar kucing serta suka melukis memang sama sekali tidak mencerminkan sosok agen Mossad.

Baca Juga: Harus Melihat Ratusan Juta Nyawa Melayang karena Wabah dan Perang, Inilah Generasi 'Paling Menderita' Sepanjang Sejarah Dunia karena Harus Hidup di Tengah Rentetan 'Bencana'

Setelah Erika berhasil memastikan apa saja rutinitas dan rute yang selalu dilewati Salameh, ia segera memanggil tim pembunuh Mossad untuk segera datang ke Beirut.

Dua personel Mossad yang bertugas sebagai regu pembunuh pun segera terbang ke Beirut.

 

Agen Mossad yang pertama tiba di Beirut pada bulan Januari 1978 adalah Peter Sriver.

Ketika tiba di Beirut, Peter yang berpaspor Inggris mengaku sebagai konsultan teknik dan usahawan Inggris.

Baca Juga: Waspadalah, Jangan Konsumsi 5 Jenis Sayuran ini dalam Kondisi Mentah Jika Tak Mau Menderita Penyakit Mematikan

Peter kemudian menginap di salah satu hotel dan menyewa Volkswagen yang natinya akan difungsikan sebagai bom mobil.

Sehari kemudian agen Mossad yang kedua, Ronald Kolberg, menyusul tiba di Beirut dan menggunakan paspor Kanada.

Ia menginap di hotel yang tidak jauh dengan tempat Peter menginap.

Baca Juga: Kisah Sutami, Menteri Termiskin Era Soekarno dan Soeharto, Sambungan Listriknya Diputus PLN karena Tak Sanggup Bayar dan Atap Rumahnya Bocor

Tujuan menginap di hotel terpisah itu adalah untuk menghilangkan kecurigaan bahwa mereka salin kenal.

Setelah mengisi Volkswagen dengan peledak dan meninggalkan kunci untuk Kolberg, Sriver segera terbang ke Lebanon menggunakan paspor bukan Inggris.

Kolberg yang sudah menyewa mobil pun meluncur ke hotel tepat menginap Sriver lalu mengambil kunci Volkswagen dan mengendarainya di jalan yang biasa dilalui Salameh.

Baca Juga: Saat Nyawa PM Israel Nyaris Terenggut oleh Pistol Anggota Paspampres Gara-gara Arogansi Agen Mossad

Kolberg kemudian memarkir Volkswagen yang dipenuhi bom di dekat apartemen Salameh.

Tanpa mengundang banyak perhatian, Kolberg menghilang naik taksi.

Tepat pada tanggal 22 Januari pukul 15.35 petang, Salameh yang mengendarai Chevrolet bersama empat pengawalnya melintas tepat di samping Volkswagen.

Bom yang dipicu melalui gelombang radio pun meledak menghancurkan mobil Chevrolet bersama isinya.

Baca Juga: Kisah Black September, Teroris yang Pernah Bikin Mossad Israel Kalang Kabut

Tak hanya Salameh dan empat pengawalnya yang tewas, empat orang lain yang sedang melintas juga turut tewas.

Mossad dan rakyat Israel pun merasa puas dengan tewasnya Salameh karena dendamnya terbalas.

Tapi tewasnya Salameh ternyata tidak mampu menghentikan aksi teror terhadap Israel.

Gerakan teror Black September bahkan menjadi momentum internasional bagi terorisme grobal untuk melancarkan serangan ke seluruh dunia.

Aksi terorisme di AS pada 9 September 2002 yang menghancurkan dua gedung kembar WTC di New York bahkan memanfaatkan bulan September sebagai ikon aksi pembalasan. (Ade Sulaeman)

Baca Juga: Mossad Israel Diduga Dalangi Aksi Pemboman yang Tewaskan Ilmuwan Roket Suriah

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari