Advertorial

Saat Nyawa PM Israel Nyaris Terenggut oleh Pistol Anggota Paspampres Gara-gara Arogansi Agen Mossad

Ade S

Penulis

Salah satu pengalaman pengamanan menegangkan yang pernah Paspampres alami adalah saat mengawal presiden Soeharto ke New York, Amerika Serikat.
Salah satu pengalaman pengamanan menegangkan yang pernah Paspampres alami adalah saat mengawal presiden Soeharto ke New York, Amerika Serikat.

Intisari-Online.com -Saat kerusuhan 22 Mei 2019 berlangsung, beberapa pihak menduga bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi incaran pembunuhan.

Namun, baru belakangan Polisi menyatakan bahwa 'hanya' ada empat pejabart negara yang menjadi incaran kelompok perusuh.

"(Dari) pemeriksaan resmi, mereka menyampaikan nama Pak Wiranto (Menteri Koordinator Bidang Polhukam Jenderal (Purn) Wiranto), Pak Luhut (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan), ketiga itu Pak Kabin (Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal (Polisi) Budi Gunawan, keempat Gories Mere (Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan)," ujar Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Polisi) Tito Karnavian (28/5/2019).

Tito menyatakan keterangan tersebut merupakan hasil pemeriksaan kepada beberapa tersangka yang sudah ditangkap oleh kepolisian, bukan informasi intelijen.

Baca Juga: Inilah Serda Ambar, Paspampres Cantik Asal Sidoarjo yang Curi Perhatian Warganet Indonesia

Terlepas dari tidak termasuknya nama Jokowi dalam daftar pejabat negara yang diincar para perusuh, bisa dipastikan bahwa saat kerusuhan 22 Mei terjadi, pengamanan terhadap Jokowi ditingkatkan.

Dalam kondisi seperti ini Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) memiliki peran vital sebagai benteng terakhir keselamatan presiden.

Apalagi, satuan yang dibentuk pada 3 Januari 1949 ini juga sudahkenyang pengalaman pengamanan VVIP baik didalam maupun diluar negeri.

Salah satu pengalaman pengamanan menegangkan yang pernah Paspampres alami adalah saat mengawal presiden Soeharto ke New York, Amerika Serikat.

Baca Juga: Ternyata, Paspampres Dibagi Menjadi 4 Group Utama, Apa Saja Tugasnya?

Tepatnya tanggal 22 Oktober 1995, presiden Soeharto menginap di hotel Waldorf Towers lantai 41 di kamar presidential suite menghadiri acara PBB disana.

Saat itu Soeharto menjabat sebagai ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Karena posisinya tersebut maka segala kebijakannya mengenai OKI sangat strategis bagi anggota-anggotanya yang kebanyakan negara Timur Tengah.

Karena suatu alasan itulah Perdana Menteri (PM) Israel saat itu, Yitzak Rabin ingin menemui Soeharto di hotel tempatnya menginap.

Keempat pengawal Rabin yang berasal dari Mossad kemudian datang bersama PM Israel tersebut untuk menyampaikan kemauannya bertemu Soeharto.

Namun cara mereka bertindak tidak mematuhi protokol keamanan serta arogan, sehingga keempatnya beserta Yitzak Rabin dicegat sebelum masuk lift oleh Paspampres.

Terlebih saat itu Soeharto sedang menerima kunjungan presiden Sri Lanka di tempatnya menginap.

Salah satu personel Paspampres yang ikut mencegat Yitzak Rabin dan keempat pengawalnya ialah mantan Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin.

Baca Juga: MP-5K, Senjata Maut Paspampres Bermotor yang Siap Beraksi Bak Siluman di Siang Bolong

Setelah mengutarakan niatnya maka Rabin beserta para personel Mossad itu dikawal oleh Sjafrie dan dua personel Paspampres menemui Soeharto.

Saat hendak memasuki lift terjadilah 'insiden kecil' menegangkan.

Para pengawal Rabin tidak mau satu lift dengan Sjafrie dan para personel Paspampres.

Hal itu karena para pengawal Rabin menaruh kecurigaan pada Paspampres dan tidak percaya mereka ikut mengawal PM Israel itu untuk menemui Soeharto.

Jadi mereka menolak satu lift bersama Sjafrie beserta dua personel Paspampres, takut Yitzak Rabin dicelakai mungkin oleh mereka.

Padahal Sjafrie dan personel Paspampres lainnya sudah dikenalkan dalam protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB yang artinya mereka memang personel resmi pengamanan presiden Soeharto.

Akhirnya terjadi adu mulut dan jibaku antara Sjafrie dengan kepala pengawal Rabin jebolan Mossad itu karena dianggap melanggar protokol keamanan Paspampres.

Dalam gerakan refleks sangat cepat pengawal Rabin tiba-tiba sudah mengeluarkan senapan otomatis Uzi yang diambil dari balik jasnya dan hendak menempelkan moncong senapan ke perut Sjafrie.

Baca Juga: PM Israel Rupanya Pernah Hampir Dibikin Berdarah-darah Oleh Paspampres Indonesia

Ia juga mencengkeram leher Sjafrie dengan keras.

Namun sebelum pengawal Rabin melakukan hal itu, Sjafrie sudah lebih dulu melakukannya.

Dengan gesit dan cepat Sjafrie sudah menempelkan terlebih dahulu pistol Barretanya ke perut pengawal Rabin.

Kejadian menegangkan itu bahkan membuat PM Yitzak Rabin cemas lantaran dua personel Paspampres lainnya juga sudah stelling siap menembak Rabin dan pengawalnya.

"Sorry I understand it," kata itu kemudian terlontar dari mulut pengawal Rabin mengakui kesalahan dan arogansinya.

Keadaan menjadi dingin kembali setelah pengawal Rabin perlahan-lahan menurunkan senjata mereka.

Hampir saja darah PM Israel beserta pengawal Mossadnya tumpah ditangan para perisai hidup Presiden Indonesia.

Alhasil mau tak mau Yitzak Rabin dan pengawalnya harus mentaati protokol kemanan Paspampres.

Mereka kemudian dikawal menemui Soeharto walaupun Yitzak Rabin harus rela 'dikacangin' disuruh menunggu 15 menit terlebih dahulu sebelum bertatap muka dengan presiden kedua Indonesia itu. (Seto Aji).

Artikel ini sudah tayang di Grid.Id dengan judul "Kisah Menegangkan Paspampres Indonesia Hampir Tembak PM Israel dan Pengawalnya".

Baca Juga: Sama-sama Pasukan Elite, Pasukan Khusus Pengawal Kim Jong Un dan Paspampres RI Ternyata Punya Banyak Kemiripan

Artikel Terkait