Find Us On Social Media :

Negaranya Menderita di Tengah Corona, Raja Thailand Malah Hidup Bersenang-senang dalam Karantina Mewah

By Tatik Ariyani, Rabu, 6 Mei 2020 | 15:00 WIB

Raja Vajiralongkorn

Dan untuk waktu yang lama, beberapa meme populer telah beredar, menduplikasi cuplikan Game of Thrones HBO: "Kami tidak melayani raja sial yang hanya menjadi raja karena ayahnya."

Beberapa warganet melayangkan kritik mereka, bukan hana pada raja tetapi pada sistem monarki secara keseluruhan.

Seorang pengguna Facebook, misalnya menulis: "Melihat orang-orang mempertanyakan di Twitter mengapa kita membutuhkan seorang raja, membuat saya senang, tetapi saya ingin kita lebih dari sekadar menghina dia di Twitter. Saya ingin orang membaca atau mendengar pembahasan tentang topik ini dan menekankan secara sistematis mengapa sistem ini ada, mengapa dianggap sangat penting dan mengapa, saat ini, tampaknya tidak perlu."

Beberapa warganet bahkan secara tersirat menuntut penghapusan sistem kerajaan: "Jujur, saya ingin memiliki presiden."

Namun seorang pakar Thailand, yang ingin tetap anonim karena alasan keamanan, menyebut warga Thailand yang berusia di atas 30 tahun masih memegang teguh sistem monarki meskipun mereka diam-diam tidak menyetujui tindakan raja yang sekarang.

Kekuatan raja yang absolut

Pakar Thailand, Marshall, tidak percaya bahwa ketidaksenangan yang tumbuh terhadap raja akan mengarah pada langkah konkret melawan monarki karena dukungan militer terhadap raja.

Baca Juga: Perjuangan Siswa Pedalaman Belajar Online Saat Kesusahan Sinyal, Rela Naik Turun Gunung Karst yang Terjal di Gunungkidul Hanya Demi Kerjakan Tugas

Vajiralongkorn telah berhasil mendorong kerajaan ke arah monarki absolut sejak menjabat, meskipun secara resmi negara itu masih monarki konstitusional, kata Marshall.

Untuk tujuan ini, raja telah membawa unit elit prajurit dan polisi di bawah kendalinya langsung.

Ia mengambil kendali langsung aset keluarga kerajaan, yang sebelumnya dikelola oleh Crown Property Bureau (CPB).

Menurut perkiraan, aset tersebut berjumlah $ 30 hingga $ 60 miliar (lebih dari Rp 453 triliun).

"Sudah jelas bahwa raja tidak mendapat dukungan dari sebagian besar warga Thailand, tetapi akan sangat sulit untuk menantang kekuasaannya karena kontrolnya atas militer. Pemberontakan melawan monarki akan menyebabkan pertumpahan darah massal di jalan-jalan Bangkok," kata Marshall.

Para ahli, bagaimanapun, percaya bahwa meskipun mayoritas generasi muda Thailand mengkritik raja, mereka tidak mewakili pendapat mayoritas penduduk.

Kritik terhadap monarki mungkin akan mengarah pada kebijakan konkret dan melemahnya monarki mungkin hanya terjadi setelah perubahan generasi.

Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Raja Thailand Hidup dalam Karantina Mewah, Sementara Negaranya Menderita"